Senyummu malaikat kecil tak berdosa Bisakah mereka tengok dirimu sebentar Lihat mata indahmu, bibir mungilmu Tak kasihankah mereka pada dirimu
Geliat kecil tubuh polosmu
Butakah mereka tak lihat dirimu
Bibit penerus, penjaga bangsa, pengkokoh negara
Yang lemah kurang gizi disana
Perut buncit tanpa selendag Diterpa angin, kepanasan, juga kehujanan Menyayat-nyayat kulit tubuhmu Cemerlang tawamu, ironi saja
o...o...o tumbuhlah putra putri Ibu Pertiwi
berjuanglah untukmu sendiri
Ibumu merana, Bapakmu pergi
Tertidur di rapat dewan negeri
o...o...o semangatlah putra putri Ibu pertiwi Ibumu sakit, Bapakmu menyenangkan diri Liburan ke jauh-jauh negeri Makan dan sulap uang rakyatnya sendiri
o...o...o tabahkanlah putra putri Ibu Pertiwi
Ibumu menangis, Bapakmu di polisi
Menanggung dosa yang tak sepadan dengan amal buruknya
Bisa keluar masuk bui tanpa permisi
o...o...o janganlah jadi seperti mereka wahai putra putri Ibu Pertiwi buatlah negerimu indah di mata dunia tabahkan hatimu menanggung utang mereka biarlah badan mereka dipancung di neraka
o...o...o putra putri Ibu Pertiwi
o...o...o dilarang menangis di negerimu sendiri
kokoh dan kuatlah membangun negeri
kacau balau ini harus segera dibenahi
jangan minta Bapakmu, karena mereka buta dan tuli
o...o...o Ibu-mu harus tetap berdiri kibarkan merah putih di ujung tiang tertinggi tunjukkan jiwa sesungguhnya anak negeri jangan berhenti titikmu masih panjang mengukir hari
salam,
selamat hari keluarga (29 Juni)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI