Mohon tunggu...
Aiya Lee
Aiya Lee Mohon Tunggu... -

Adalah si sulung berdarah Jawa Timur dan Maluku Utara. Dibuat dan dilahirkan di Ternate. Merupakan seorang penikmat peta, namun membenci peta buta, apalagi yang pake bahasa Cina. Lebih memilih makan ikan daripada ayam, dan minum cendol dibanding Mocca Float. Pernah ditipu sekuriti Singapura, dan disekap pengamen kereta Tegal. Ia memutuskan musik instrumen sebagai obat tidur paling masuk akal dibanding CTM. Dan juga seorang muslim moderat yang sangat takut anak kucing.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanya Kenapa?

20 November 2012   22:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:59 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu waktu masih segede tuyul, saya pernah menangis melihat para pengemis berkaki buntung dan anak-anak pengungsi yang menjadi korban kekerasan, itu semua bermula sejak konflik agama pecah di Maluku. Saya sering menyendiri dan menatap langit seraya mengirimkan jutaan tanda tanya pada sang khalik, bahkan saya masih ingat persis saat-saat dimana saya meragukan kebaikan Tuhan yang terkesan tak berimbang. Tentu para orang-orang susah dan cacat fisik yang selalu menjadi barometer saya untuk mengukur sejauh mana kasih Tuhan kepada umatnya.

Semakin lama saya tumbuh dan besar, melewati lika-liku takdir baik dan buruk yang sudah diatur tuhan di garis tangan masing-masing. Tambah kesini saya dibuat sadar olehnya, Dzat pencipta itu membuat banyak teka-teki  yang saling terhubung satu sama lain. Ini juga yang membuat saya semakin sadar akan kebesaran-Nya.

Ia menciptakan kita dan seisi alam dalam kecepatan yang tak dapat diukur, Ia juga bisa memanggil kita kembali hanya dalam sekejap mata kapan pun Ia mau. Tuhan maha pengasih itu telah membuat banyak labirin kehidupan yang harus kita telusuri satu per satu untuk menemukan jalan keluar. Dalam kegelapan ia menyertakan kitab panduan kehidupan  yang oleh kita disebut Al-quran.

Disana, ditumpukan ribuan kertas tebal itu tersimpan berbagai jawaban dari mata pelajaran ‘hakikat kehidupan’. Seperti halnya telepon genggam, user manual akan disertakan sekaligus setiap pembelian produk baru. Dari buku itulah kita dipandu menggunakan perangkat dengan sebagaimana mestinya, begitulah hidup kita.

Puncaknya saat saya melihat seorang gadis kecil yang lumpuh tetap tersenyum tulus dan menjajakan surat kabar di lampu merah ibukota. Saya juga pernah bertemu seorang pejabat sombong yang gonta-ganti mobil negara bak mobil pribadinya. Dari situ kepala saya tak berhenti berpikir akan alasan Tuhan menciptakan jurang lebar diantara mereka.

Ternyata itulah cara Tuhan mengoyak-ngoyak akal kita untuk tetap runcing mencari kebenaran hakiki. Ia menciptakan angin untuk menerbangkan debu, awan untuk merampas debit air laut, serta matahari untuk mengeringkan jemuran. Begitu pun kita, Ia menciptakan kemiskinan untuk membuat si-kaya berjalan menunduk, dan memerintahkan si-cacat mengeruk perasaan si-malas dan tukang mengeluh.

Aiya Lee,

Catatan: Artikel ini dimuat ulang dan diambil dari blog yang saya kelola, direct link-nya lihat disini http://www.travendom.com/2012/09/tanya-kenapa.html,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun