Mohon tunggu...
Aiya Lee
Aiya Lee Mohon Tunggu... -

Adalah si sulung berdarah Jawa Timur dan Maluku Utara. Dibuat dan dilahirkan di Ternate. Merupakan seorang penikmat peta, namun membenci peta buta, apalagi yang pake bahasa Cina. Lebih memilih makan ikan daripada ayam, dan minum cendol dibanding Mocca Float. Pernah ditipu sekuriti Singapura, dan disekap pengamen kereta Tegal. Ia memutuskan musik instrumen sebagai obat tidur paling masuk akal dibanding CTM. Dan juga seorang muslim moderat yang sangat takut anak kucing.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peraturan Gila

17 November 2012   11:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:10 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lokasi: Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Coba perhatikan apa yang salah dari papan keterangan ini? Walaupun melototin tuh foto sampe juling juga gak bakal nemu kesalahannya dimana. Emang iya, gak ada yang salah dengan foto itu. Salahnya ada di mereka yang membuat papan ini, pemerintah. Saya sampai sekarang belum mengerti apa tujuan dan keuntungan menerbitkan peraturan seperti ini, jika memang alasannya adalah untuk mempermudah pendataan, lebih baik mereka mati saja. Faktanya adalah system pendataan kependudukan negara kita memang sangat amburadul, entah mungkin karena saking banyaknya birokrasi sehingga para penguasa sering mengeluarkan peraturan yang tidak masuk akal. Contohnya yah foto ini, tanpa perasaan bersalah mereka menandai rumah keluarga kurang mampu dengan kartu KELUARGA MISKIN. Kemana pakar bahasa dan ahli sastra bangsa ini, habiskah bahasa halus kita hanya untuk istilah korupsi, ataukah memang mereka ingin mengatakan bahwa miskin itu takdir. Entahlah. Bukannya sok kritis (apalagi sok artis), saya juga bukan orang yang gemar mempermasalhkan hal-hal kecil, namun terkadang hal kecil semacam ini sangat mengusik hati nurani. Ataukah mungkin saya yang terlalu lebay sampai harus mencampuri urusan negara, sudahlah yang jelas saya cuma berusaha menempatkan diri sebagai orang awam yang doyan ngedumel. Eh tapi kenapa jadi ngebahas saya sih? Terlepas dari apakah ini memang proyek dari pusat ataupun inisiatif daerah, yang jelas kalau sudah duduk di kursi jabatan berarti sudah harus memiliki kepandaian diatas rata-rata. Sebut saja ia tidak lagi harus pintar, melainkan kudu jenius. Mentok-mentoknya yah harus bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan santun. Saya cuma gak habis pikir gimana rasanya jadi penghuni rumah yang kusen pintunya dipaku papan keterangan ini, atau lebih tepatnya papan penghinaan. Disatu sisi memang menguntungkan, itu karena mereka bisa mendapatkan bantuan dengan mudah. Tapi disisi lain ini sangat memalukan, katakanlah ini sebagai langkah awal pemerintah merobek-robek harga diri mereka. *mulai emosi. Sebenarnya jika memang ini karena alasan untuk mempermudah pendataan, saya pasti mendukung penuh. Tapi gak pake tulisan RUMAH TANGGA MISKIN juga kan? Padahal, kalau saja pemerintah mau meluangkan waktu lima menit untuk mencari kalimat lain, pasti kesannya jadi gak se-arogan ini. Saya aja yang orang awam pas baca langsung mengerutkan dahi, mendadak merasa kalau yang pasang papan itu ingin menyampaikan ke semua orang kalau ‘Ini loh rumahnya orang miskin’. Bangke! Itulah mengapa saya sangat mempermasalahkan penguasaan bahasa yang kurang baik di kalangan pejabat, dan berikutnya adalah proses pendataan yang sudah jelas-jelas sangat merugikan masyarakat. Kalaupun iya kita belum punya cukup alat canggih atau keterbatasan sumber daya manusia, setidaknya kita masih menggunakan perasaan setiap membuat sebuah keputusan. Dan jika memang semua itu mustahil didapatkan di setiap pejabat, saya hanya bisa berharap semoga dia seorang yang kreatif agar bisa merubah program Rumah Tangga Miskin menjadi program Keluarga Spesial. Sayangnya, mau tidak mau serta suka tidak suka dengan papan nista ini, mereka tetap tidak boleh melepasnya. Itu karena tulisan bernada mengancam yang dipertegas diakhir keterangan: APABILA PAPAN KETERANGAN INI DICABUT AKAN DIKENAKAN SANKSI / HUKUMAN SESUAI PERATURAN YANG BERLAKU. Ironis sekali! Aiya Lee *Artikel ini juga dapat ditemukan di blog yang saya kelola, disini http://www.travendom.com/2012/09/entah-apa-judulnya.html

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun