Mohon tunggu...
Oktavia Ningrum
Oktavia Ningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - AivAtko31

Manusia biasa, sering salah dan serba salah. Wattpad @AivAtko31

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prinsip Hikmah al-Tasyri yang Dilanggar dalam Film "The Stoning of Soraya"

12 Februari 2023   11:22 Diperbarui: 12 Februari 2023   11:30 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Stoning of Soraya (iMDb) 

Mengangkat kisah nyata dengan latar Negara Iran, The Stoning of Soraya menyajikan kisah pilu betapa keras kehidupan wanita. Padahal nilai islam begitu kental di negara tersebut, namun kenapa justru islam yang mengajarkan untuk memuliakan wanita justru dijadikan alat untuk menindas hak wanita. 

Berikut beberapa Prinsip Hukum Islam (Hikmah al Tasyri' ), yang dilanggar dalam film The Stoning of Soraya.

  • Keadilan: Banyak ketidakadilan yang terjadi di film tersebut. Mulai dari perlakuan terhadap wanita di masyarakat tersebut, kedudukan lelaki yang mendominasi tidak pada porsinya, keinginan yang menyalahi hak dan kewajiban hingga tak berimbang, sogokan di penjara, pengekangan berlebihan terhadap orang-orang asing, suara yang dibungkam, serta pemutusan keputusan rajam yang tidak memenuhi konsep adil.
  • Amar Ma'ruf Nahi Munkar: sepanjang film ini berlangsung, perilaku para tokoh seperti Ali dan Wulloh justru cenderung hipokrit. Mereka menggaungkan asma Allah SWT., namun untuk menutupi kebusukan perilaku mereka. Sedangkan Ebrahim, dia terlalu takut dan ragu-ragu ditempatkan sebagai hakim hingga tidak dapat mencegah kemungkaran yang terjadi. Berikut Hashem yang melakukan kesaksian bohong karena ancaman. Tak hanya itu, jurnalis yang lewat di sana pun dicegah dan dirusak alat-alatnya agar tragedi di sana tak ketahuan pihak luar.
  • Prinsip Kebebasan: Saya tidak melihat prinsip kebebasan di film ini diterapkan, utamanya bagi para wanita. Wanita masih dianggap tidak memiliki hak suara dan kehormatan selayaknya pria diperlakukan. Selain itu, entah karena adat atau memang negara islam, para wanita seolah dituntut memakai hijab dan pakaian tertutup. Saya belum melihat ada perbedaan terkait agama di film tersebut.
  • Persamaan: Belum ada kesetaraan gender di film ini, maka apa yang diharapkan terhadap prinsip kesamaan? Lelaki masih berlaku dominan dan punya sisi maskulinitas yang ekstrem.
  • Tolong menolong: dibanding tolong menolong, perilaku yang tercermin dalam film ini lebih pada arah profit oriented. Seperti halnya dalam hal pengurusan jenazah istri Hashem, para tetangga justru berlomba-lomba mengambil barang milik jenazah bahkan tanpa izin. Selain itu, tolong menolong di sini justru berada di kubu negatif. Bukan lagi tolong-menolong dalam kebaikan, melainkan dalam keburukan.
  • Toleransi: karena telah berbuat kejahatan, masyarakat desa cenderung bersikap defensif pada orang luar. Mereka bahkan pura-pura baik dan membungkam suara agar tidak tersebar ke pihak luar. Dari segi toleransi terhadap sesama muslim pun, di film ini masih memiliki toleransi yang rendah.

Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Islam memang dikenal memiliki banyak aliran. Mulai dari yang ahlu sunnah wal jamaah,  hingga yang ekstrem dan liberal. Begitupun aliran yang mayoritas digunakan di Iran. Wallahu a'lam. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun