Dari segi ekonomi, keamanan, hingga politik, Konflik di Laut China Selatan merupakan ancaman besar, dan Indonesia harus bersiap menghadapi berbagai potensi risiko yang muncul dari eskalasi konflik ini.
Konflik di Laut China Selatan telah menjadi isu panas di kawasan Asia Tenggara, dengan implikasi besar terhadap kedaulatan dan keamanan negara-negara di sekitarnya, termasuk Indonesia. Laut China Selatan, yang kaya akan sumber daya alam dan jalur perdagangan strategis, menjadi rebutan antara beberapa negara, terutama China, yang mengklaim sebagian besar wilayah tersebut melalui konsep "nine-dash line". Klaim ini mencakup wilayah yang juga diklaim oleh beberapa negara ASEAN, termasuk wilayah perairan Natuna yang merupakan bagian dari kedaulatan Indonesia.
Indonesia, meskipun bukan pengklaim utama dalam sengketa Laut China Selatan, tidak bisa mengabaikan ancaman yang muncul dari konflik ini. Posisi strategis Indonesia yang berbatasan langsung dengan wilayah sengketa membuatnya rentan terhadap berbagai implikasi negatif, baik dari segi ekonomi, politik, maupun keamanan. Sebagai negara maritim dengan visi menjadi Poros Maritim Dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga kedaulatannya di tengah meningkatnya tensi di kawasan.
Konflik di Laut China Selatan mengancam perekonomian, hal tersebut dikarenakan terganggunya jalur perdagangan internasional yang melewati perairan ini. Mengingat sekitar 40% perdagangan dunia melintasi kawasan ini, setiap eskalasi konflik dapat mengakibatkan gangguan besar dalam rantai pasokan global, yang berdampak langsung pada ekonomi Indonesia. Sebagai negara yang sangat bergantung pada ekspor dan impor, stabilitas di Laut China Selatan sangat krusial bagi Indonesia. Gangguan di jalur pelayaran ini bisa meningkatkan biaya logistik dan memperlambat laju ekonomi nasional.
Dari perspektif keamanan, Laut China Selatan telah menjadi arena bagi demonstrasi kekuatan militer, terutama oleh China. Kehadiran militer China yang semakin intensif di kawasan ini, termasuk pembangunan pulau buatan dan pangkalan militer, menambah ketegangan dan berpotensi mengancam keamanan regional. Latihan militer skala besar yang sering dilakukan oleh China di perairan ini juga menambah kekhawatiran akan kemungkinan konfrontasi militer di masa depan.
Upaya Indonesia untuk merespon ancaman ini terlihat melalui strategi hedging, yang melibatkan kerja sama dengan negara-negara seperti Australia dan Amerika Serikat. Kerja sama ini mencakup latihan militer bersama, peningkatan kapabilitas pertahanan siber, serta pertukaran pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang militer. Strategi ini bertujuan untuk menyeimbangkan kekuatan China dengan menjaga hubungan baik dengan negara-negara besar yang memiliki kepentingan di kawasan.
Secara politik, meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dapat mempengaruhi stabilitas internal dan posisi Indonesia di arena internasional. Indonesia harus memainkan peran diplomasi yang cerdas untuk menjaga hubungan baik dengan berbagai pihak, termasuk China dan negara-negara ASEAN lainnya, serta kekuatan eksternal seperti Amerika Serikat. Kebijakan luar negeri Indonesia yang sering kali bersifat tidak memihak atau "bebas aktif" menjadi tantangan tersendiri di tengah dinamika konflik yang semakin kompleks.
Namun, meskipun telah melakukan berbagai upaya, ancaman dari China masih tetap signifikan. Sikap keras China yang menolak untuk mengakui keputusan pengadilan internasional yang tidak mengakui klaim "nine-dash line" menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia dan negara-negara lain di kawasan. Dalam konteks ini, Indonesia perlu terus memperkuat diplomasi dan kerja sama internasional, sembari meningkatkan kemampuan militer untuk menghadapi potensi konflik yang mungkin terjadi.
Konflik di Laut China Selatan jelas menimbulkan ancaman signifikan terhadap kedaulatan Indonesia. Dari segi ekonomi, keamanan, hingga politik, Indonesia harus bersiap menghadapi berbagai potensi risiko yang muncul dari eskalasi konflik ini. Secara keseluruhan, ancaman konflik di Laut China Selatan menuntut Indonesia untuk tetap waspada dan proaktif dalam menjaga kedaulatan serta stabilitas regional. Dengan pendekatan diplomasi yang kuat dan kapabilitas pertahanan yang memadai, Indonesia dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih percaya diri dan tegas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H