Mohon tunggu...
Listya Ayu Widarranti
Listya Ayu Widarranti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu komunikasi .

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ini Cerita Hidup, Cinta Itu Hidup Kan?

11 April 2012   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:44 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak debu di sana sini . Rupanya sudah banyak cerita yang aku simpan sendiri . Lama sudah tak kubagi . 2 bulan ini banyak cerita , banyak pertanyaan , banyak misteri . Dan seperti biasa , Jawabannya tetap harus cari sendiri . Iya , perlahan dan terseok seok secara pasti aku mencari jawaban .

Ini tentang sahabat . Oh bukan , dia lebih dari sahabat . Kalau begitu bisa disebut dia kekasih , ya , dia kekasihku . Menemaniku sepanjang waktu . Dari pagiku hingga malamku . Dari waktu sibukku hingga luangku . Dari waktu laparku hingga kenyangku . Ya , seperti yang dulu , dulu sekali pernah kuceritakan , 24 jam sehari , hanya di waktu tidur kita berpisah . Oh ya , saat mandi , sepertiny tidak perlu dijelaskan . Dia masih , masih dia yang menemaniku , Kalau tidak salah kuingat , 1 tahun sudah dia kita berkenalan . Mendaki titik tertinggi permasalahan , lalu turun dari puncaknya bersama . Bukankah seharusnya memang bersama ? meski salah satunya harus menyerah sesaat lalu memilih untuk menggunakan tanda SOS .  Puncak kali ini lebih mudah kita daki , daripada kita lalui jalan pulangnya .

Lewat dia aku mengenal banyak hal , tahu banyak hal, mengerti banyak hal . Bahkan , yang aku sudah kenal, tahu , dan mengerti . Dia lah yang kembali menjelaskannya dengan sabar , bukan sabar seperti yang dibayangkan , dia menjelaskna seperti aku tak pernah lebih tahu dari dia . Aku diam . Ya , dia segalanya , dia luar biasa . Bagi dirinya , untukku dia lelaki biasa . biasa mencuri perhatianku . Lesu .

Kadang aku lebih memilih untuk menggunakan panggiilan darurat daripada harus menuruni puncak bersamanya . Aku lebih memilih untuk diam . Bukan tidak mau menyelesaikan , tapi maslah itu pasti akan terulang . Aku bosan mendaki puncak yang sama berulang kali . Aku lebih memilih menunggu di puncak , memanggil bantuan , lalu pulang . turun dengan mereka yang tidak tahu untuk apa aku mendaki . Turun bersamanya membuatku tenang sebentar , lalu mendaki , lalu turun lagi , Iya LELAH .

Banyak alasan , usia 25 ku , dan tanggung jawab yang ada di pundakku . Bersamanyalah akan kulewati hidup ini . Ya rencananya demikian . Kita , aku dan dia menyiapkan bekalnya masing-masing . Kadang aku memberatkannya dengan menitipkan bekalku , begitu pula sebaliknya . Aku heran , kenapa kita saling memberatkan ? bukankah kita akan melewati jalan itu bersama ? Mnedaki dan menuruni bersama  ? mungkin nanti bukan lagi mendaki , tapi menyelam , tenggelam , bukankah kita akan bersama bertemu di permukaan lagi ? ataukah harus aku bawa tabung oksigenku sendiri ?

Berubah itu pasti , ke arah yang lebih baik ? Relatif . Aku amsih menunggu , sepertinya waktu pun tetap berputar . lebih baik aku berjalan , mengitari hutan . menunggumu , untuk kembali kita lalui puncak itu bersama , dengan bekal yang lebih dari cukup , agar di puncak , kita bahagia . bukan lelah karena kehabisan bekal :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun