Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Management Rumah Tangga dari Keluarga Viral Gen Halilintar (Part 2)

8 Maret 2019   12:30 Diperbarui: 9 Maret 2019   07:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah.. Lanjut ya..

Oke, setelah menekankan pendidikan berbasis Tauhid, atau mengesakan Tuhan dalam segala hal, pelajaran kedua dari mereka, mereka juga mengedepankan prinsip musyawarah dan toleransi yang luar biasa. 

Setiap pagi, mereka briefing keluarga. Apa rencana mereka, jika ada masalah mereka didiskusikan bersama penyelesaiannya, hingga kritik yang membangun di antara mereka juga dilakukan di sana. Sehingga kesepakatan, pengertian dan satu visi dalam keluarga senantiasa terjaga. 

Keterbukaan, toleransi juga kebesaran hati jelas-jelas diasah di dalam kegiatan tersebut. Pendewasaan akal dan budi pekerti yang dilakukan secara terus menerus menjadi keseharian mereka.

Ketiga, adalah tentang keteladanan dan disiplin dalam mengerjakan peran masing-masing. Pak Hali dan Bu Geni juga tidak menyuruh-nyuruh anaknya, namun menanamkan kerja keras, disiplin dan toleransi dalam menyelesaikan tugas rumah tangga mereka. Tentu bukan hal yang mudah mengurus 13 orang tanpa pembantu dan baby sitter untuk anak-anak kecil di dalamnya. 

Mereka mencontohkan dulu, bagaimana mereka 'all out' dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Sehingga, masing-masing anaknya 'sukarela' menjalankan tugasnya sesuai dengan passion dan minat mereka. 

Sebut saja Sohwa yang memang lebih senang mengurus urusan laundry keluarga mereka, ada juga Sajidah yang mengambil alih urusan dapur,  juga ada Saaih yang menjadi andalan dalam perbaikan perkakas elektronik di rumah. Jadi, setiap anak mengerjakan apa yang mereka senangi dan tentu saja ini membuat mereka jauh lebih ringan untuk melaksanakannya dibanding dengan mengerjakan hal-hal yang tidak mereka senangi. 

Bahkan diantara mereka sudah tidak mengizinkan lagi orang tua mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang sudah mereka bisa urus. Kata mereka, kurang lebih

"sudah saatnya kita yang layani Ummi Abi. Dulu Ummi Abi udah bener-bener ngurusin kita.."

Apa yang kamu tanam (pada anak), itu yang kamu tuai (perilaku anak ke kita)..

Keempat, dari itu semua, yang gue amati, terbangunlah saling kompak di antara mereka. Mereka juga saling care dan mengerti satu sama lain. Gue juga liat langsung, gimana ngalahnya Fateh sama Mumtaz, juga gimana ngalahnya Mumtaz sama Shaleha yang mana notabene anak-anak kecil itu biasanya susah ngalah satu sama lain. Tapi mereka beda. Keliatan banget matangnya emosional mereka dibanding anak-anak seusianya.

Pak Hali berkata, kompaknya anak mereka karena memang Pak Hali sandarkan kepada Tuhan agar disatukan hati mereka. 

Selain kompak, dalam mendidik anak, Pak Hali dan Bu Gen membangun kedekatan mereka dengan Tuhan, sehingga mereka mampu 'menahan' diri mereka dari hal-hal yang dilarang dilakukan dalam rumah tangga dan mendidik anak. Nah, pelajaran kelima, mereka hanya marah dan disiplin pada tempatnya. 

Sebut saja memukul, mencubit atau aktivitas kekerasan fisik apapun sekecil apapun, dalam salah satu video mereka, saat anak-anak mereka ditanyakan satu persatu, tiada satupun yang pernah dipukul atau diberikan kekerasan fisik sedikitpun. Adanya, dipukul 'nafsu'nya yang mereka akui. Saat mereka berbuat salah.. 

Pak Hali terutama, turun langsung saat anaknya ada yang perlu diperingatkan / ditegur jika sudah urusan urgensi. Misal dalam karakter dan keselamatan diri mereka. 

Sedang untuk urusan keseharian, Bu Geni pegang peranan. Sekitar 17 Kali dalam sehari Bu Geni mengingatkan anak-anaknya dalam berbagai urusan. 

Cerewet memang kelihatannya, tapi memang jelas-jelas dibutuhkan dalam rumah tangga. Agar keseharian anak-anak mereka senantiasa dalam kedisiplinan yang produktif. 

Mereka hanya marah jika itu marah pada tempatnya..marah yang membangun, bukan marah apalagi kekerasan fisik yang membuat dendam. 

Ma shaa Allah..!

Next, lanjut ke part 3 ya in shaa Allah :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun