Sebagai konsumen, jujur semakin ke sini gue semakin seneng sama bertambahnya produk Muslim yang tersedia di pasaran. Kalo dulu gue gak pernah pakai shampo, sabun, pasta gigi, detergen sampai parfum dari produsen Muslim, sekarang alhamdulillah gue bisa pakai semua kebutuhan tersebut dari produsen Muslim. Muslim Indonesia pulak.
Kalian mungkin bertanya, kenapa gue ngotot banget pakai produk Muslim, maka jawaban gue simpel. Iaitu.. 'suka-suka gue'. Terus pertanyaan lanjut, kenapa kok 'suka-suka gue'? nah, di sini agak panjang penjelasannya kawan. Jadi suka-suka gue di sini bukan dalam konotasi negatif ya. Tapi ya emang 'gue suka'. Hehe. Â
Gue suka membeli produk dari produsen Muslim khususnya produsen Muslim Indonesia karena banyak alasan. Mulai dari jaminan ke-halal-annya, meningkatkan pertumbuhan ekonomi Muslim Indonesia karena bertambahnya pemasukan dan transaksi pada mereka yang otomatis, meningkatkan potensi pengeluaran zkat, infaq, sedekah bahkan waqaf kawan.. biar kata kita belum banyak yang jadi konglomerat, ternyata Indonesia termasuk negara paling dermawan di dunia loh.Â
Faktanya, negara mana yang saat kesusahan gak kita bantu? Bahka USA yang adidaya aja, begitu kena bencana alam, kita galang dan beri bantuan ke sana. Non-Government Organization (NGO) Indonesia yang kiprahnya sudah diakui di dunia internasional juga kebanyakan adalah Muslim. Sebut saja Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga yang keren di tingkat nasional seperti DPU DT, PKPU Mer-C dan banyak lagi.
Gue, awalnya juga gak begitu peduli mau ngalir ke mana duit gue di dompet. Ya toh yang penting kebutuhan gue terpenuhi dengan kualitas terbaik dan harga bersaing.Â
Tapi, lama-lama dengan seiring bertambahnya informasi dan realita yang terjadi, gue sadar... Emang bener banget perkataan salah satu tokoh dunia yang intinya 'kuasai 3 hal ini untuk menguasai dunia. 'Nomer tiga politik, nomer dua media dan nomer satu itu ekonomi'.
Realitanya, para kader partai, politisi hingga pejabat pemerintah pasti manut sama kemauan pengusaha yang menguasai media apalagi perekonomian. Ya kan? Bener kan? Makanya jangan heran, kalo bagi mereka yang duitnya segambreng itu gampang banget rubah kebijakan pemerintah. Apalagi pemerintahan yang korup dan bisa di-suapin (batita kali ah! Wkwk).Â
Coba lihat, kebanyak perundang-undangan diganti atau dibuat yang baru ujung-ujungnya berdasarkan kepentingan pengusaha kelas hiu (kakap kalah) di negeri ini. See?
Mungkin kawan-kawan masih inget, waktu tahun 2005 ketua asosiasi ulama se-dunia, DR. Yusuf Qardhawi pernah mengeluarkan fatwa haramnya memberi produk Zionis dan pendukungnya. Gak lama, cuma selang beberapa minggu, begitu Muslim dunia bergerak, langsung collapse tuh perekonomian Israel dan lansung kasih bendera putih minta tolong ibu kandungnya, USA.Â
Kawan, perang itu adalah aktivitas yang cepet banget buat bangkrut suatu negara. Inget kan gimana 'kere'-nya beberapa negara di Eropa waktu kalah perang dunia 1 atau 2? Super miskin, hancur dan inflasi besar-besaran. Nah jangan heran, kalo Israel dan USA itu kagak kelar-kelar buat 'onar' ke negeri-negeri Muslim.Â
Kenapa kok duit mereka gak abis-abis? Ya jawabannya duitnya dari dompet-dompet kita juga Muslimin yang dibuat mereka untuk perangi sodara-sodara kita. Pro-kontra soal boykot produk Zionis dan pendukungnya silahkan. Toh kawan-kawan semua bisa bebas memilih sikap.Â
Tapi gue pribadi gak lupa tuh, sama kejadian seorang kakek yang nunggu taksi sampe taksi ke sembilan. Karena taksi kesembilan itu-lah taksi milik Yahudi.Â
Orang Chinese juga mereka kalo belanja ya ke sesama mereka. Coba aja amati dan wawancara kalo perlu.. Jadi gue bingung kenapa juga mendukung produk sesama Muslim terutama Muslim Indonesia masih di salah-salahin. Lah kalo ummat Muslim kuat ekonominya, bakalan banyak juga ummat manusia yang tertolong kan?Â
Jangan lupa dong ah saat Islam berjaya dan masih memeritah hampir di seluruh belahan bumi, banyak banget 'kesejahteraan' yang merata dirasakan semua pihak. Manusia atau bukan manusia aja rasain, apalagi Muslim dan Non Muslim. Buktinya?
Buktinya, ditemukan surat ucapan terima kasih dari Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah saat mereka dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggris pada abad ke 18. Pada tahun 1519, juga terjadi pemberan sertifikat tanah kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inkuisisi Spanyol. Dan masih banyak lagi.Â
Ga usah jauh-jauh. Sejarah Indoensia sendiri mencatat gimana rakyat Aceh yang tentu saja Muslim patungan buat beli pesawat pertama Indonesia. Cikal bakal Garuda Indonesia. Belum lagi jutaan liter darah para 'syuhada' dari ulama, santri dan Muslim yang berjuang sepenuh jiwa untuk kemerdekaan Indonesia.Â
Dulu, masih inget kan bahwa Belanda itu menguasai banyak sekali sektor termasuk perekonomian ? bahkan mereka bisa menjajah ya karena merampok wilayah dan sumber perekonomian kita. Hingga kemerdekaan yang diraih itu dipelopori oleh 'kongkow berfaedah'-nya para juragan-juragan Muslim yaitu 'Sjarikat Dagang Islam'. Â
Ada juga yang pernah berargumen, 'kan kasian kalo diboykot para pekerja Muslim yang kerja di perusahaan-perusahaan mereka?'. Nah keknya kawan-kawan jenis begini mesti disembur kasih sayang dan wawasan mendasar soal teori rejeki nih. Hehe. Gak akan mungkin deh, Sang Maha Pencipta itu gak tanggung jawab sama ciptaan-Nya. Lagipula Sayyidina Rasul Muhammad SAW, para sahabat Rasul Saw, juga para penerusnya itu banyak banget ko yang mencontohkan bagaimana menjadi pengusaha yang kaya raya, menguasai perekonomian dan membantu Muslim lainnya lepas dari jerat kemiskinan.Â
Ayo masih inget kan Abdurrahman bin Auf yang gerombolan pembawa barang dagangan dan keuntungannya sampe bisa buat berguncang tanah Madinah? (kalo jaman sekarang ibarat kontener yang buat geter rumah-rumah kita kali ye? Karena besar dan saking banyaknya). Atau Utsman bin Affan yang sampe sekarang masih dirasakan manfaat waqafnya dan masih terus disalurkan keuntungan bagi hasil-nya untuk Muslimin yang membutuhkan..? masih inget dong..!
Okelah, begitu deh kenapa bisa gue berasalan 'suka-suka gue' untuk sikap 'berekonomi' gue, tsaahh 'berekonomi'. Berasa mentri aja ngomongnya. Hehe aamiin. Dahlah segitu. Semoga nanti gue dan kawan-kawan semua bisa ngerasain jadi orang yang 'kaya lahir-batin' dan bisa zakat, infaq, sedekah, dan waqaf yang buanyaaak, terus menerus dan melimpah pahalanya hingga saat kita wafat juga itu saldo pahala ngalir terus. Hehe aamiin. Mau kan? Mau banget apa mau banget banget? Hehe. Sebelum ke sana, ya gue dan kawan-kawan bisa mulai dari menjadi 'Supporter Muslim Products' alias SMP. Hehe. Berasa muda kaaan...?
Kota Inspirasi, 23 Januari 2018
Aisyah Supernova
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI