Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Money

"Supporter of Muslim Products"

26 Januari 2019   22:26 Diperbarui: 26 Januari 2019   22:57 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi gue pribadi gak lupa tuh, sama kejadian seorang kakek yang nunggu taksi sampe taksi ke sembilan. Karena taksi kesembilan itu-lah taksi milik Yahudi. 

Orang Chinese juga mereka kalo belanja ya ke sesama mereka. Coba aja amati dan wawancara kalo perlu.. Jadi gue bingung kenapa juga mendukung produk sesama Muslim terutama Muslim Indonesia masih di salah-salahin. Lah kalo ummat Muslim kuat ekonominya, bakalan banyak juga ummat manusia yang tertolong kan? 

Jangan lupa dong ah saat Islam berjaya dan masih memeritah hampir di seluruh belahan bumi, banyak banget 'kesejahteraan' yang merata dirasakan semua pihak. Manusia atau bukan manusia aja rasain, apalagi Muslim dan Non Muslim. Buktinya?

Buktinya, ditemukan surat ucapan terima kasih dari Amerika Serikat atas bantuan pangan yang dikirim khalifah saat mereka dilanda kelaparan pasca perang dengan Inggris pada abad ke 18. Pada tahun 1519, juga terjadi pemberan sertifikat tanah kepada para pengungsi Yahudi yang lari dari kekejaman inkuisisi Spanyol. Dan masih banyak lagi. 

Ga usah jauh-jauh. Sejarah Indoensia sendiri mencatat gimana rakyat Aceh yang tentu saja Muslim patungan buat beli pesawat pertama Indonesia. Cikal bakal Garuda Indonesia. Belum lagi jutaan liter darah para 'syuhada' dari ulama, santri dan Muslim yang berjuang sepenuh jiwa untuk kemerdekaan Indonesia. 

Dulu, masih inget kan bahwa Belanda itu menguasai banyak sekali sektor termasuk perekonomian ? bahkan mereka bisa menjajah ya karena merampok wilayah dan sumber perekonomian kita. Hingga kemerdekaan yang diraih itu dipelopori oleh 'kongkow berfaedah'-nya para juragan-juragan Muslim yaitu 'Sjarikat Dagang Islam'.  

Ada juga yang pernah berargumen, 'kan kasian kalo diboykot para pekerja Muslim yang kerja di perusahaan-perusahaan mereka?'. Nah keknya kawan-kawan jenis begini mesti disembur kasih sayang dan wawasan mendasar soal teori rejeki nih. Hehe. Gak akan mungkin deh, Sang Maha Pencipta itu gak tanggung jawab sama ciptaan-Nya. Lagipula Sayyidina Rasul Muhammad SAW, para sahabat Rasul Saw, juga para penerusnya itu banyak banget ko yang mencontohkan bagaimana menjadi pengusaha yang kaya raya, menguasai perekonomian dan membantu Muslim lainnya lepas dari jerat kemiskinan. 

Ayo masih inget kan Abdurrahman bin Auf yang gerombolan pembawa barang dagangan dan keuntungannya sampe bisa buat berguncang tanah Madinah? (kalo jaman sekarang ibarat kontener yang buat geter rumah-rumah kita kali ye? Karena besar dan saking banyaknya). Atau Utsman bin Affan yang sampe sekarang masih dirasakan manfaat waqafnya dan masih terus disalurkan keuntungan bagi hasil-nya untuk Muslimin yang membutuhkan..? masih inget dong..!

Okelah, begitu deh kenapa bisa gue berasalan 'suka-suka gue' untuk sikap 'berekonomi' gue, tsaahh 'berekonomi'. Berasa mentri aja ngomongnya. Hehe aamiin. Dahlah segitu. Semoga nanti gue dan kawan-kawan semua bisa ngerasain jadi orang yang 'kaya lahir-batin' dan bisa zakat, infaq, sedekah, dan waqaf yang buanyaaak, terus menerus dan melimpah pahalanya hingga saat kita wafat juga itu saldo pahala ngalir terus. Hehe aamiin. Mau kan? Mau banget apa mau banget banget? Hehe. Sebelum ke sana, ya gue dan kawan-kawan bisa mulai dari menjadi 'Supporter Muslim Products' alias SMP. Hehe. Berasa muda kaaan...?

Kota Inspirasi, 23 Januari 2018
Aisyah Supernova

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun