Darrent Byler berkata, "Mereka dipaksa untuk mengibarkan bendera Cina di luar rumahnya, memajang poster Xi Jinping dan pemimpin (komunis) lainnya di rumah dan rumah mereka diperiksa apakah ada gambar-gambar Islami tertempel di dindingnya, ataukah ada kutipan ayat suci Al-Qur'an, gambar masjid atau sejenisnya, yang itu merupakan benda milik penduduk Uyghur sejak lama, jika mereka melihat benda-benda tersebut mereka akan mengatakan, "oh ini adalah ekstrimis atau orang yang mencurigakan."
 Kegiatan-kegiatan dalam kamp termasuk di antaranya memberikan pujian pada Presiden Xi Jinping, mempelajari propaganda komunis dan mengkritisi bahasa Uyghur, kebudayaan dan agama mereka sendiri. Ada juga sejumlah laporan bahwasanya orang-orang yang disiksa, dipukuli dan bahkan dibunuh dalam kamp ini. Cina menolak tuduhan pelanggaran HAM ini.
Geng Shuang, Juru Bicara Kemenlu Cina berkata,
"Saat ini, Xinjiang menikmati stabilitas sosial dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Masyarakat dari semua kelompok etnis hidup di sana dalam harmoni dan menikmati kebebasan agama dan keyakinan".
Ada beberapa alasan mengapa negara lain gagal untuk menyuarakan ini?
Cina saat ini berada di tahap awal proyek multi-triliun dolar: Belt and Road Initiative. Proyek infrastruktur ambisius yang melalui lebih dari 60 negara dan bertujuan untuk mempermudah dunia untuk melakukan perdagangan dengan Cina. Mayoritas jalurnya melalui Xinjiang, rumah bagi Uyghur. Cina secara tak langsung membayar agar negara-negara ini tetap bungkam. Negara-negara ini akan mendapatkan pinajam jutaan dolar untuk membangun infrastruktur jalan, rel kereta dan jalur pipa. Dan ini cukup untuk membuat mereka tutup mata atas penderitaan yang menimpa Uyghur.
Nury Turkel di penghujung liputan bertanya-tanya, "Tidak ada yang bersuara, termasuk dari negara-negara Islam. Di mana Arab Saudi? Di mana Turki? Di mana Iran? Di mana Raja Yordania, Abdullah? Di mana kecaman mereka? Pemerintah Cina menyebut agamamu sebagai penyakit mental, di mana kecaman kalian?
Penerjemah : @cordova.media
Sumber video : Aljazeera English
Rewrite by  : Aisyah Supernova
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI