Pengasuhan anak tidak sekadar memenuhi kebutuhan fisik atau memberikan cinta kasih. Lebih dari itu, pola pengasuhan merupakan fondasi utama dalam membentuk karakter, kepribadian, serta nilai-nilai hidup yang akan dipegang anak hingga dewasa. Sejak dini, anak bergantung pada keluarga sebagai lingkungan pertama mereka untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Dalam hal ini, peran orangtua sebagai pembimbing dan pelindung menjadi kunci.
Dalam modul pelatihan terbitan Pimpinan Pusat 'Aisyiyah Majelis Tabligh dan Ketarjihan, dijelaskan bahwa pengasuhan atau parenting melibatkan proses yang menyeluruh. Tidak hanya sekadar memberi kebutuhan dasar, pengasuhan juga mencakup pendidikan dan pembentukan nilai-nilai baik, seperti bagaimana mendisiplinkan anak, memberikan pujian atas prestasi, serta membimbing mereka untuk memahami norma-norma sosial. Pendekatan ini diyakini sangat memengaruhi pembentukan pribadi anak yang lebih kuat dan berakhlak mulia di masa depan.
Menurut Hurlock (1997), kepribadian anak dapat terbentuk dari cara orangtua berinteraksi dan memperlakukan mereka dalam keseharian. Pengasuhan yang baik tidak hanya fokus pada pemaksaan aturan atau hukuman atas kesalahan, tetapi juga penghargaan atas capaian mereka. Apresiasi, seperti pujian atau hadiah kecil, memiliki dampak positif terhadap motivasi dan kepercayaan diri anak. Sebaliknya, pola asuh yang cenderung keras atau mengabaikan perkembangan emosional dapat berdampak buruk bagi karakter anak di kemudian hari.
Bagi keluarga yang mengedepankan nilai-nilai Islam, Qordlawi (1995) menekankan bahwa pengasuhan dalam konteks ini mencakup pendekatan holistik, yakni memperhatikan perkembangan mental, spiritual, jasmani, dan intelektual anak. Selain itu, tujuan utama pengasuhan adalah untuk membentuk akhlakul karimah, atau karakter berbudi pekerti luhur, yang kelak akan menjadi bekal utama anak dalam menjalani kehidupannya di tengah masyarakat.
Tokoh besar Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Ihya' Ulumuddin juga menyatakan bahwa setiap anak lahir dengan fitrah atau potensi bawaan yang baik. Namun, potensi ini membutuhkan pengasuhan yang tepat agar dapat berkembang secara optimal. Al-Ghazali menyebut bahwa anak-anak cenderung dipengaruhi oleh lingkungan, baik kebiasaan yang ada di rumah maupun pola hidup yang dijalani orangtua. Maka, proses pembentukan karakter anak harus mencakup pembelajaran yang konsisten, dukungan emosi, serta pemenuhan gizi yang cukup.
Dengan memberikan pola asuh yang benar, orangtua tidak hanya membantu anak untuk mencapai kedewasaan, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi generasi yang lebih baik. Upaya ini tak hanya menguntungkan anak itu sendiri, tetapi juga lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H