Pada halaman belakang museum, terletak replika prasasti yang ditemukan di Sumatera Barat serta Arca yang dikaitkan sebagai perwujudan Raja Adityawarman. Patung Arca tersebut memiliki ukuran yang cukup besar. Prasasti tersebut adalah prasasti Saruaso I yang menceritakan pentasbihan Raja Adityawarman pada tahun 1296 saka. Selain prasasti Saruaso I, ada juga sebuah menhir dan batu prasasti yang bertuliskan huruf kuno.
Musuem Adityawarman menyediakan sebuah mushalla yang dapat digunakan oleh pengunjung untuk melaksanakan sholat, sehingga pengunjung yang beragama Islam tidak perlu khawatir ketika waktu sholat datang dan bisa langsung melaksanakan ibadah sholat wajib.Â
Di depan mushalla, berdiri dengan gagah sebuah kendaraan zaman dulu masyarakat Minangkabau yang bernama bendi. Bendi merupakan kendaraan tradisional Minangkabau yang berbentuk kereta dan digerakkan oleh bantuan tenaga kuda. Tidak banyak orang yang menggunakan bendi pada zaman sekarang ini, meskipun masih bisa ditemukan di beberapa wilayah di Sumatera Barat. Karena itulah, bendi menjadi kendaraan tradisional yang langka selain pedati, dan juga menjadi salah satu ikon dan ciri khas Minangkabau.
Di luar lahan museum, ada banyak warung-warung makan dan caffe-caffe serta penjual-penjual pinggir jalan yang berjualan di sekitar museum, sehingga tidak perlu khawatir jika merasa lapar.
Museum Adityawarman dilengkapi dengan penunjuk arah, sehingga dapat diketahui posisi dan letak-letak bangunan dan hal-hal lainnya yang ada di wilayah museum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H