Mohon tunggu...
Aisyah Zulfa
Aisyah Zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

allahumma yassir wa la tuassir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tarekat dalam Tasawuf

12 November 2024   08:10 Diperbarui: 12 November 2024   08:29 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tarekat merupakan anak kandung tasawuf amali ang dibangun diatas prinsip “ilmu amaliah, amal ilmiah” yang di praktekan dibawah bimbingan seorang mursyid. Sedangkan pengertian tarekat mempunyai lima perspektif yang bisa menjelaskan secara lengkap dan menyeluruh. 

Pertama, tarekat menurut etimologi berasal dari kosakata bahasa arab, tariqoh, yang terserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi tarekat. Dalam bahasa arab popular, tarekat dipahami dalam arti jalan, cara, metode, atau sistem. 

Sementara itu, nurcholish madjid berdasarkan penjelasan kebahasaan tersebut menyimpulkan bahwa al-tariqah memiliki makna yang sama dengan al-syari’ah, al-sirat, al-minhaj yang berarti jalan, cara, metode atau sistem. Keempat arti tersebut mengisyaratkan bahwa ajaran islam pada hakikatnya bukan tujuan, melainkan jalan menuju Allah SWT yang berasal dari Allah SWT dan diperuntukan bagi manusia atas dasar kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba nya.

Kedua, tarekat menurut peringkat penghayatan keislaman kaum muslimin bahwa istilah al-thariqah dalam tasawuf sering dihubungkan dengan istilah lain. Penghayatan keagamaan peringkat awal disebut syariat, peringkat kedua disebut tarekat, peringkat ketga disebut makrifat, dan peringkat keempat disebut hakikat. 

Penghayatan keagamaan ini, tidak mengherankan jika ditengah-tengah masyarakat ditemukan adanya pengamal tarekat yang memandang diri mereka dan kelompoknya merupakan kelompok khusus diantara umat islam karena peringkat pengamalan keislaman mereka lebih tinggi dibandingkan dengan peringkat syariat. 

Mereka memandang bahwa syariat ibarat kerangka dalam tubuh manusia, sedangkan tasawuf merupakan rohnya. Mengamalkan islam yang hanya berorientasi syariat bagaikan jasad tanpa roh.

Ketiga, tarekat dari perspektif cara, jalan, dan metode yang dilakukan para sufi dalam mencapai tiga tujuan tasawuf, maka 1) tarekat adalah metode tazkiyat al-nafs, yaitu menyucikan jiwa dari berbagai penyakit hati dan sifat-sifat tercela; 2) tarekat adalah metode taqarrub ila Allah, yaitu metode mendekatkan diri kepada Allah SWT sedekat-dekatnya; 3) tarekat adalah metode hudur al-qalb ma’a Allah SWT, yaitu merasakan kehadiran Allah SWT didalam qalbu.

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi pergeseran wacana dari tariqat al-sufiyyah, yaitu tarekat dalam arti metode para sufi secara umum, menjadi metode yang dinisbahkan kepada tokoh sufi tertentu yang membakukan amalan sebuah tarekat. Misalnya, tarekat qadiriyah adalah cara, jalan, atau metode yang dirintis syekh ‘abd al-qadir al-jaylani dalam menyucikan jiwa, mendekatkan diri, dan merasakan kehadiran Allah SWT didalam qalbu. 

Demikian juga tarekat naqsyabandiyah adalah cara, jalan, atau metode penyucian jiwa yang dirintis oleh syekh naqsyabandi. Demikian seterusnya sehingga sejak saat itu, di dunia islam muncul beberapa tarekat yang di nisbahkan kepada sufi yang merintisnya, seperti tarekat syathariyah, tarekat samaniyah dan lain-lain.

Keempat, tarekat dari perspektif psikologi yang dilakukan seorang mursyid dalam membimbing murid-muridnya guna merasakan zikir qalbu. Misalnya, mursyid tarekat qadiriyah adalah guru tarekat yang mengikuti, meneruskan, dan mengembangkan metode syekh ‘abd al-qadir al-jaylani.

Meskipun tarekat itu merupakan anak kandung tasawuf amali yang menekankan keterpaduan ilmu dan amal dengan prinsip “ilmu amaliah, amal ilmiah” tetapi dalam realitas sosial, sering ditemukan ketidaksesuaian ajaran dan amalan tarekat dengan trilogi ajaran islam, yakni aqidah, syariah dan akhlak, sehingga tarekat itu tebagi kedalam dua bagian, yaitu tarekat mu’tabaroh (tarekat yang absah) dan tarekat gayru mu’tabarah (tarekat yang tidak absah). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun