Selamat Malam para pembaca.. gimana nih puasanya? Udah banyak yang bolong atau masih full. Disini aku mau membahas mengenai Analisis Wacana. Ada yang sudah tau apa itu analisis wacana?Â
Istilah wacana mempunyai acuan yang lebih luas dari sekadar bacaan. Akhir-akhir ini, para ahli yang berwewenang telah menyepakati bahwa wacana itu merupakan satuan bahasa yang paling besar yang digunakan dalam komunikasi (pandangan fungsional). Hal itu sejalan dengan pendapat Samsuri (1988:1) yang mengatakan bahwa "Wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi".Â
Satuan bahasa di bawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frasa, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian bunyi membentuk kata, rangkaian kata membentuk frasa, rangkaian frasa membentuk kalimat. Akhirnya, rangkaian kalimat membentuk wacana (pandangan formal).Selain itu, menurut Papirus Biru (2006), "Wacana menunjuk terutama dalam hubungan konteks sosial dari pemakaian bahasa" (pandangan dialektika).
Analisis wacana adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami, menafsirkan, dan menganalisis teks tertulis atau lisan dengan fokus pada struktur, makna, dan konteks sosialnya. Pendekatan ini digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk linguistik, studi sastra, ilmu komunikasi, antropologi, sosiologi, dan ilmu politik.Â
Tujuan analisis wacana bisa bervariasi, mulai dari mengungkapkan ideologi yang tersembunyi dalam teks hingga mengeksplorasi bagaimana teks tersebut merefleksikan atau membentuk realitas sosial dan budaya. Agar seseorang mudah melakukan analisis wacana, mereka harus mempunyai paradigma atau pandangan mengenai analisis wacana tersebut. Pemahaman mengenai paradigma adalah hal yang sangat fundamental. Paradigma juga memegang peranan penting bagaimana nantinya seseorang memandang sebuah wacana tersebut. Dengan demikian, analisis terhadap wacana tersebut menjadi lebih jelas.
"Paradigma mengandung pandangan tentang dunia, cara pandang untuk menyederhanakan kompleksitas dunia nyata" (Yuris, 2008). Paradigma memberi gambaran kepada kita mengenai apa yang penting, apa yang dianggap mungkin dan sah untuk dilakukan, dan apa yang dapat diterima akal sehat.Â
Oleh karena itu, pemahaman mengenai paradigma analisis wacana penting dimiliki oleh setiap orang sebelum melakukan analisis wacana terutama dalam memahami teks dan konteks wacana tersebut. Pada dasarnya, ada tiga paradigma dalam analisis wacana, yaitu positivisme-empiris (lazim juga disebut positivisme), konstruktivisme, dan paradigm kritis.
Analisis wacana telah mengalami perkembangan yang luar biasa cepatnya. Suatu cabang ilmu bahasa yang pada tahun 70-an belum banyak dikenal, kini telah berkembang begitu cepat dan berbagai metodenya telah digunakan oleh tidak hanya para linguis, tetapi juga para ahli ilmu sosial dan para ahli lainnya.Â
Para ahli ilmu sosial, misalnya, kini mulai melirik kegunaan analisis wacana yang menyebut cabang ilmu ini sebagai Critical Discourse Analysis atau Analisis Wacana Kritis (AWK). Bagi Santoso (2009), AWK adalah analisis bahasa dalam penggunaannya dengan menggunakanparadigma bahasa kritis. Untuk memudahkan seseorang menganalisis suatu wacana, mereka harus berangkat dari salah satu pandangan tersebut. Dengan demikian, analisis terhadap wacana yang dilakukan menjadi semakin jelas, terutama dalam memahami teks dan kontes wacana tersebu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H