"Small step of goodwill can take us beyond our imagination" menjadi kalimat penutup film pendek Filosofi Kopi Special Episode: The Goodwill. Langkah kecil disertai niat baik dapat membawa kita melampaui imajinasi yang ada, begitulah artinya.
Ben dan Jody menjadi actor pemeran utama dalam film sinematik tersebut. Cerita singkat yang disampaikan, mereka berdua merupakan pemuda yang memiliki hoby traveling dan menjadi penikmat dan penjaja kopi disetiap daerah yang disinggahi, dengan membawa kopi terbaik yang didapati dalam perjalanan.
Disela Cuti, Ben dan Jody mampir di kedai kopi milik temanya Dira menjadi tempat singgah yang merubah arah langkah mereka, aroma dan rasa membuat Ben dan Jody mencari petani kopi tersebut.
Empat jam berlalu, berbekal alamat yang diberikan Dira, Ben dan Jody kemudian mencari petani kopi posong di daerah Temanggung.
Jody sendiri sempat dongkol karena beberapakali harus memutar balik mencari alamat yang diberikan Dira. Hampir saja ia putus asa, Ben yang cukup optimis memaksa Jody untuk tetap pada komitmen mereka mencari petani yang disapa Pak Budi.
Sipenjang perjalanan, mereka mampir ke setiap kedai kopi yang disinggahi untuk merasakan  kembali aroma dan rasa kopi di kedai Dira, beberapa kali tak berhasil ditemukan.
Tak kehabisan akal, mereka terus menyisiri daerah yang cukup luas itu menggunakan mobil produksi perusahaan Toyota, bertanya-tanya ke petani lain kemudian mereka menemukannya.
Ben juga sudah mulai putus asa, terlihat dari ucapannya kepada Jody "Ini tempat terakhir yang kita singgahi," kata Ben, lantas harapan  mereka berdua menemukan rumah pak Budi terwujud, segeralah bergegas menemui pak Budi.
Dijamu baik oleh petani kopi itu, Setelah menerima jamuan segelas kopi, meraka berkeliling kebun pak Budi sembari berbincang menceritakan sejarah perjalanan pak Budi dalam bertani, dari bertani jeruk, terong belanda, dan disinilah awal pak Budi mencoba bertani kopi.
Lamanya sudah 5 tahun ia bertani kopi, memasuki masa panen perdana Dira datang dan menjadikan pemasok kopi untuk kedai kopi yang baru saja iya dirikan. "Kalau boleh saya tahu Dira berapa ambil kopi dari Pak Budi itu berapa harga per kilonya," tanya Jody kepada Pak Budi.
"Ya kalau Green bean Rp 15 ribu satu kilonya, kalau mau ngambil banyak ya bisa separoh harga," jelas Budi lesu. Jody dan Ben kemudian tampak terkejut tak percaya kopi seenak itu dijual murah oleh Pak Budi.
Green coffee beans atau Biji kopi mentah adalah biji dari buah kopi masak yang sudah dihilangkan daging buah dan cangkangnya.
Disanalah kisah inspiratif itu dimulai, Ben dan Jody kemudian membeli biji kopi milik Pak Budi dengan harga normal, raut senang terlihat dari mimik wajah  pak Budi.
Karena tak ingin membeli harga kopi seperti Dira dari petani, Ben dan Jody kemudian berfikir untuk berbuat sesuatu untuk Pak Budi agar kopi nikmat itu bisa dijajakan ke banyak orang, mereka pun kemudian pulang kembali ke rumahnya.
Ben dan Jody mulai bekerja, mereka mendesain sebuah mesin untuk mengolah biji kopi yang dihasilkan dari kebun Pakm Budi, waktu berlalu dan mesin itu pun terselesaikan.
Dua sahabat itu kemudian kembali ke rumah pak Budi dengan membawakan mesin yang mereka buat, tampaknya Ben dan Jody berprofesi teknisi perancang mesin disalah satu perusahaan, namun tak ada sumber jelas dalam film itu yang menyebutkan profesi mereka.
Mesin tersebut kemudian diberikan kepada Pak Budi, mereka tak pula lupa mengajari pak Budi bagaimana cara mengoperasikannya hingga menghasilkan biji kopi yang siap disedu dengan air.
Olahan biji kopi pertama mesin karya Ben dan Jody itu kemudian disedu dengan air panas didalam gelas, Pak Budi kemudian mencium aroma dan mencicipi kopinya, tampak terkejut, ia tak menyangka bahwa kopi yang ditanam di kebun miliknya itu cukup nikmat.
Pak Budi kemudian mulai memproduksi dengan Brand Kopi Posong, lambat laut usahnya meroket dengan cepat hingga sudah berhasil mengirim ahsil produksinya ke luar Provinsi, harganya pun sudah tak sama lagi seperti yang pertama dijual kepada orang lain.
Sebab itu, Pak Budi kemudian tak lagi menjadi pemasok biji kopi untuk Kedai Kopi Dira karena tak dihargai sesuai, lantas Dir kemudian datang menemui pak budi di kediamannya.
"Mbak Dira, tumben kesini," sapa pak Budi dengan senyum semigrah. "Iya pak, tadi manajer oprasional saya, ngabarin katanya bapak sudah tidak mau suplai Grean Benas lagi ke kedai saya, kenapa ya pak?" Tanya Dira heran.
Pak Budi pun menjawab  dengan tenang dan memberitahukan  kepada Dira bahwa biji kopi yang dijual olehnya sudah tak sama lagi seperti dulu.
"Bukan gak mau mbak, tapi saya gak bisa menjual dengan harga yang biasa mbak dira kasih ke saya, harga kopi saya berbeda dengan harga yang dulu mbak, ini silahkan lihat daftar hargnya," jelas Budi sembari menujukkan daftar harga kopi produksinya. Dira pun kemudian hanya bisa terdiam dengan apa yang disampaikan pak Budi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H