2. Memastikan kehalalan profesi dan pekerjaan, sehingga setiap pendapatan yang diterima menjadi berkah bagi keluarga dan masyarakat.
3. Meningkatkan kompetensi dan kemampuan, agar dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik. Penting untuk selalu merasa diawasi oleh Allah agar nikmat finansial tidak melalaikan.
4. Menunaikan zakat mal atas setiap pendapatan dan aset yang dimiliki. Jika memungkinkan, infak dan wakaf juga dapat dilakukan untuk kebermanfaatan yang lebih luas.
Sikap tidak bersyukur dapat memicu berbagai masalah sosial, salah satunya adalah korupsi. Ketika seseorang merasa tidak cukup dengan apa yang dimiliki, mereka cenderung mengambil jalan pintas yang tidak halal demi memuaskan ambisi pribadi. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa ketidakbersyukuran dapat menghancurkan individu maupun masyarakat.
Hidup berkecukupan adalah wujud tawakal kepada Allah, sedangkan bersyukur adalah penguat iman yang mendatangkan kebahagiaan dan keberkahan. Dengan mengamalkan kedua sikap ini, seseorang dapat hidup lebih damai, terhindar dari tekanan duniawi, dan lebih fokus pada tujuan akhirat. Kehidupan yang bermakna bukan ditentukan oleh banyaknya harta, melainkan bagaimana kita memanfaatkan dan menghargai apa yang telah Allah berikan dengan bijak.
Mengupayakan hidup berkecukupan dan bersyukur bukan hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan membawa keberkahan bagi diri sendiri maupun orang lain. Mari jadikan kedua sikap ini sebagai bagian dari keseharian kita.
AISYAH SHOFIYAH KARIMAH, STEI SEBI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H