Di sekolah itu kami dijamu beberapa hidangan yang lezat. Sambil menyantap hidangan di sebuah ruangan besar dan luas ditampilkan beberapa penampilan bakat seni,tari,silat dan mengaji dari siswa-siswi di sana. Penampilan memukau dan belum pernah saya lihat sebelumnya, bagaimana bisa mereka memadukan bahasa arab,nyanyian tarian dan drama menjadi penampilan yang menakjubkan.Â
Setelah penampilan-penampilan yang memanjakan mata ,kami diajak mengelilingi beberapa kelas di sana dan diperlihatkan karya-karya robot buatan anak-anak sekolah Malaysia yang sekiranya masih seumuran dengan saya saat itu. Dari sini saya berfikir bahwa negara yang ukuran daerahnya lebih kecil dapat berkembang lebih pesat dan menghasilkan bibit-bibit anak-anak seperti mereka. Meskipun begitu tak mengurangi rasa cinta saya terhadap Tanah Air. Bagaimanapun saya terlahir sebagai keturunan bangsa Indonesia,dan saya harus bersyukur.
Hari ketiga sampai ke lima terasa kurang mengesankan,karena pada saat itu saya kurang enak badan dan hampir pingsan sehabis dari gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur. Saya hanya bisa beristirahat di dalam bus sambil menunggu yang lain berjalan-jalan ke pabrik jam tangan Swiss atau Swiss Hour. Sedikit ada rasa kecewa namun saya tetap menerima keadaan karena saya rasa juga tidak bisa membawa pulang oleh-oleh jam tangan Swiss dengan uang saku yang pas-pasan.Perjalanan saya di negeri Jiran telah membawa banyak pengajaran sekaligus pengalaman bagi saya. Dengan waktu yang singkat itu saya bisa menginjakkan kaki di negeri orang dan berkenalan dengan beberapa orang di sana,yang saya catat sebagai salah satu pengalaman ke luar negeri untuk pertama kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H