Mohon tunggu...
Aisyah Ramadhani Binti Ahmad
Aisyah Ramadhani Binti Ahmad Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

HIV/AIDS di Indonesia: Kasus Menurun, Tapi Ancaman Masih Mengintai

8 Januari 2025   14:10 Diperbarui: 8 Januari 2025   14:10 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Siapa yang tidak mengenal HIV/AIDS? Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh secara akut hingga bisa berdampak mematikan bagi penderitanya.  Meski infeksi virus HIV tidak selalu berakhir dengan AIDS, namun status keberadaan virus ini tetap berbahaya. Data terbaru yang dipublikasikan oleh Kementerian Kesehatan, HIV/AIDS di Indonesia menurun pada 2024. Berdasarkan data hingga September 2024, terdapat 35.415 kasus baru HIV dan 12.481 kasus AIDS. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencatat lebih dari 50 ribu kasus baru.

Penularan HIV di Indonesia mayoritas terjadi melalui hubungan seks yang tidak aman dan penggunaan jarum suntik bergantian. Sementara itu, prevalensi kasus lebih banyak ditemukan pada pria (71%) dibandingkan wanita (29%). Lebih spesifik, korelasi kelompok usia dengan total penderita HIV menunjukkan bahwa usia remaja dan dewasa muda menjadi salah satu yang paling rentan terhadap penyebaran virus yang satu ini. Data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) Kementerian Kesehatan RI menunjukkan 18,1% kasus terjadi pada rentang usia 20-24 tahun, sementara 64% terjadi pada usia 25-49 tahun.

Namun, sangat disayangkan sampai saat ini pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS masih dirasa kurang.  Hal ini disebabkan oleh stigma, tabu, dan kurangnya akses terhadap informasi. Banyak remaja enggan mencari tahu karena takut dianggap tidak bermoral jika membahas perilaku seksual atau risiko HIV/AIDS. Semakin terabaikan lagi karena gejala HIV sering tidak terasa di awal penularan. Pada tahap pertama, pengidap biasanya tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Namun, virus tetap merusak tubuh hingga tahap lanjut, ketika gejala seperti demam berkepanjangan, diare kronis, bintik ungu pada kulit, dan penurunan berat badan drastis mulai muncul.

Penyebaran HIV yang banyak terjadi di kalangan remaja dan dewasa muda menuntut perluasan edukasi mengenai virus ini melalui jalur komunikasi yang bersinggungan langsung dengan aktivitas mereka. Kampanye di sekolah, penyuluhan yang melibatkan karang taruna di tingkat desa, pendampingan masyarakat yang terdampak HIV/AIDS secara luring, serta kampanye di media sosial secara daring, adalah beberapa cara yang efektif. Selain itu, media massa, baik cetak maupun elektronik, memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi terkait HIV.

Peran pemerintah pun sangat penting dalam merancang strategi penanggulangan HIV di Indonesia, dengan target 95-95-95 untuk mengakhiri epidemi AIDS pada 2030. Target ini terdiri dari: Pertama, 95 persen orang yang hidup dengan HIV mengetahui status mereka. Kedua, 95 persen dari mereka mendapatkan pengobatan ARV. Ketiga, 95 persen orang yang mendapatkan pengobatan ARV mengalami supresi virus. Untuk mengejar target ini, Kemenkes telah meluncurkan sejumlah program untuk mempercepat penanggulangan HIV/AIDS, seperti skrining mandiri, pengobatan di hari yang sama (Sameday ART), pemberian PrEP (Pre-exposure Prophylaxis) pada individu yang belum terinfeksi HIV tetapi berisiko tinggi terpapar virus, layanan TB-HIV, pemantauan data individu melalui SIHA, dan integrasi layanan berbasis komunitas.

Upaya penanggulangan HIV/AIDS menunjukkan kemajuan, tetapi masih ada tantangan besar. Dokter Ina Agustina, MKM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), melaporkan bahwa 35% infeksi baru ditemukan pada kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), dan 28% dari pasangan ODHIV (Orang Dengan HIV). Namun, hanya 64% ODHIV yang menerima terapi ARV, dan baru 49% mencapai supresi viral.

Selain itu, stigma juga masih menjadi tantangan signifikan. Data menunjukkan 53% ODHIV tidak mengetahui adanya perlindungan hukum atas hak mereka, membuat banyak dari mereka ragu mengakses layanan kesehatan.

Meskipun angka kasus menurun, tetap harus waspada. Pencegahan bisa dimulai dengan langkah sederhana, seperti menggunakan kondom saat berhubungan seksual, tidak berbagi jarum suntik, serta melakukan tes HIV secara rutin, terutama bagi kelompok risiko tinggi. Dengan edukasi yang tepat dan kolaborasi lintas sektor, HIV/AIDS dapat dicegah dan dikendalikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun