Mohon tunggu...
Aisyah Putri Ramadhani
Aisyah Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Seorang INFP yang penasaran tentang atmosfer industri entertainment

Selanjutnya

Tutup

Music

The Man by Taylor Swift: Perlawanan terhadap Patriarki Melalui Musik

11 Desember 2024   22:30 Diperbarui: 11 Desember 2024   22:09 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gender Gap (Sumber: Daniel Garcia Art) 

Musik dalam perkembangannya, berawal sebagai sarana hiburan dan upacara adat masyarakat kuno ketika pertama kalinya ditemukan alat sederhana yang menghasilkan bunyi. Namun, di masa kini, musik telah berkembang menjadi sarana yang efektif untuk menyuarakan isu sosial, Salah satu contohnya adalah lagu milik penyanyi Taylor Swift yang berjudul ''The Man''. Lagu yang berada di album Lover ini menjadi bentuk penyuaraan Taylor Swift tentang maraknya ketidaksetaraan gender yang sering dialami perempuan. Dengan gaya lirik yang penuh ironi dan pesan yang tajam, Taylor Swift mengajak pendengarnya untuk merenungkan bagaimana patriarki membentuk persepsi dan perlakuan terhadap perempuan.

Lagu "The Man" membuka ruang diskusi tentang ketidakadilan gender yang sering kali tidak disadari. Dalam lagu ini, Taylor Swift menggambarkan bagaimana tindakan atau perilaku tertentu akan dipersepsikan secara berbeda tergantung pada gender. Misalnya, seorang pria yang tegas dan ambisius dianggap sebagai nilai lebih, sebaliknya wanita dengan karakteristik yang sama malah dianggap sebagai individu arogan. Sebagai contoh dari lirik  "I'm so sick of running as fast as I can, wondering if I'd get there quicker if I was a man".  Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Harvard Business Review (2019), perempuan di tempat kerja sering kali menghadapi "bias kompetensi", di mana tindakan mereka lebih sering diragukan dibandingkan pria, meskipun hasil kerja mereka sama atau lebih baik. Hal ini menunjukkan bagaimana bias gender yang diungkap Taylor Swift bukan hanya terjadi di industri hiburan, tetapi juga di hampir semua sektor kehidupan.

Salah satu isu utama yang diangkat dalam lagu ini adalah standar ganda yang masih melekat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Taylor Swift memberikan contoh konkret bagaimana pria yang bergonta-ganti pasangan sering kali dipandang keren atau maskulin, sedangkan wanita dengan perilaku serupa akan mendapatkan stigma negatif. Fenomena ini menunjukkan bagaimana masyarakat masih menerapkan norma yang tidak seimbang berdasarkan gender. 

Lagu "The Man" bukan hanya cerminan pengalaman pribadi Taylor Swift dalam menghadapi bias gender di industri hiburan, tetapi juga sebuah refleksi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari banyak perempuan. Di tempat kerja, di sekolah, hingga dalam hubungan sosial, perempuan kerap kali harus menghadapi stereotip yang merugikan. Misalnya, perempuan yang menduduki posisi tinggi sering kali dianggap "beruntung" alih-alih diakui karena kompetensinya.

Lebih dari sekadar kritik sosial, "The Man" juga membawa pesan pemberdayaan. Lagu ini mengajak pendengarnya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk merenungkan dan menantang bias yang ada. Taylor Swift mendorong perempuan untuk tidak takut bersuara dan menuntut kesetaraan. Lagu ini tidak hanya mengkritisi patriarki tetapi juga menjadi bentuk perlawanan terhadap sistem tersebut. Dengan gaya visualisasi yang menguatkan pesan, Taylor Swift menyampaikan bahwa wanita harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan apa yang sering kali diberikan kepada pria secara otomatis. Ini juga merupakan ajakan kepada pendengar untuk menyadari bagaimana sistem patriarki menciptakan ketidaksetaraan yang merugikan perempuan.

Musik dapat menjadi alat advokasi yang efektif untuk memengaruhi kesadaran publik tentang isu-isu gender. Dalam konteks ini, "The Man" tidak hanya menjadi kritik sosial tetapi juga medium pemberdayaan bagi perempuan di seluruh dunia. Dengan "The Man", Taylor Swift membuktikan bahwa seni dapat menjadi alat yang kuat untuk menyuarakan ketidakadilan dan memicu diskusi tentang isu-isu penting, seperti patriarki. Lagu ini mengingatkan kita untuk terus mempertanyakan dan menantang norma-norma yang tidak adil, serta mendorong terciptanya dunia di mana setiap individu diperlakukan setara, tanpa memandang gender. Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk mendukung karya-karya yang memperjuangkan kesetaraan dan menolak diskriminasi. Mari kita jadikan isu kesetaraan gender sebagai tanggung jawab bersama, dengan terus mendukung langkah-langkah konkret menuju perubahan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun