Mohon tunggu...
Aisyah nurul aini
Aisyah nurul aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030016 UIN SUNAN KALIJAGA

Berawal dari paksaan menulis untuk sebuah kepentingan dan berharap semoga kelak akan benar-benar mencintai dunia ini. Karena saya yakin, bahwa cinta datang karena terbiasa, eaa

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Part Tersulit, Membangun Konsistensi pada Habits Baru

6 Maret 2024   14:50 Diperbarui: 6 Maret 2024   14:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selanjutnya, kita juga perlu menganali yang namanya kurva "The Dip". Dimana pada setiap habits atau hal baru yang ingin kita mulai pasti diawali dengan sangat mudah untuk dilakukan karena kita sedang ada di masa paling termotivasi. Semua itu terasa baru dan rasanya progress itu terasa cepat banget.

Hanya saja habits apapun yang kita lakukan pasti akan masuk pada fase nggak enaknya. Nanti bakal ada godaan-godaan yang terjadi di kurva "dip" yang jurang. Tiba-tiba kita merasa capek, tiba-tiba kita merasa lelah, tiba-tiba juga kita merasa bosan dan godaan besar lainnya untuk tidak melakukan habits baru itu.

Moment dimana kita harus tetap nge-push, mau enak atau engga, mau termotivasi atau engga, kita harus tetep hadir. Karena nanti kalau kita sudah melewati fase di jurang itu, maka kita akan merasakan tuh gimana rasanya menajak di kurva "dip" dan disitulah part yang akan membawa kita untuk merasakan kebahagiaan dan merasa bahwa "oh ternyata hal yang aku lakukan selama ini membawa manfaat yang sangat bagus untukku."

Disetiap habits apapun yang sedang kita bangun pasti bakal ada jurang dip nya dan satu-satunya tugas kita saat melihat jurang dip itu adalah menyadari bahwa kita harus tetap datang setiap hari dan akhirnya kita akan menjadi sekian persen orang yang berhasil melewati dip tersebut.

Setiap habbits yang kita lakukan pasti pola nya selalu "Mudah-Susah-Mudah Banget!"

Pikirkanlah kualitas habits mu itu belakangan dan pikirlah kuantitasnya terlebih dahulu. Banyak dari kita yang ingin membangun habits baru tapi harus nunggu punya sepatu baru dulu, harus punya hp baru dulu, harus punya buku baru dulu dan lain keharusan lainnya.

Hingga akhirnya kita terkesan sangat perfeksionis. Kita pengen dari setiap habits yang dilakukan harus selalu lebih bagus dan selalu lebih baik dari hari kemarin. Sehingga kita harus terus-terusan meng-improve nya setiap hari.

Disamping itu sebaik apapun habits yang sedang dijalani pasti kita juga punya tuntutan lain diluar dari membangun habits ini. Dari distraksi ini dapat membuat habits kita tergoyang-goyang. Maka dari itu kita harus lebih fokus pada kuantitas dibandingkan kualitas. Kalau kita fokus ke kuantitas dulu, maka dari setiap repetisi yang dilakukan, kita bakal selalu belajar hal baru. Meskipun kuantitas, karena kita sering mengulang-ulang, maka secara ototmatis dengan berjalannya waktu kualitas kita pun juga ikut turut membaik. Dalam membangun habits, keberhasilan inilah yang akhirnya membangun motivasi kita dan motivasi itulah yang membangun kesuksesan.

Untuk memahami kondisi kita dan berhenti untuk membandingkan. Rasa inscure merupakan salah satu hal yang bisa menghancurkan kepercayaan diri seseorang dan keinginannya untuk maju. Semisal si zaheed sudah merasa percaya diri karena ia telah berhasil menjalankan habits nya berupa lari 2 Kilometer setiap harinya. Eh, pas lihat ichsan yang selalu lari setiap harinya sejauh 4 Kilometer. Maka secara ototmatis rasa "insecure" itu dapat menutupi kepercayaan diri zaheed yang semula ia miliki. Bahkan bisa saja zaheed putus asa dan tidak lagi melanjutkan habits yang sudah dibangun. 

Karena orang yang bisa kita kalahkan itu pasti selalu saja ada. Nanti jika udah bisa lebih dari si A, maka ada lagi si B, si C, dan seterusnya. Kunci dari membangun habits memang fokus kita seharusnya itu untuk improve sedikit demi sedikit. Bukan untuk lebih daripada si A, si B, si C, dan lainnya.

Maka dari itu dalam membangun konsistensi habits baru, kita hanya perlu melawn rasa malas, rasa insecure, dan rasa ketidakpuasan yang unfaedah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun