Karena sejatinya, semenjak kecanduan media sosial. Kebanyakan dari kita ternyata sudah mulai kehilangan kesendirian. Keadaan di mana kita sudah hampir menghabiskan waktu sendirian dengan pikiran kita sendiri.
Jadi sering kali ketika lagi sendirian atau bosan dengan keadaan, justru kita malah lebih memilih untuk melakukan aktivitas rekreasi yang bernilai rendah. Yang dimaksud dengan aktivitas rekreasi bersifat rendah di sini adalah bermain game, membalas chat pesan dari teman, scrolling tanpa henti. Kegiatan-kegiatan ini dianggap bernilai rendah karena tidak memiliki niat atau intentions.Â
Maka kita bisa menggantinya dengan melakukan kegiatan rekreasi berkualitas tinggi dan dapat berkontribusi pada kesejahteraan diri sendiri, kepuasan diri sendiri, dan kegembiraan diri sendiri. Seperti pada contohnya, kamu bisa mencoba untuk bepergian dengan meninggalkan gadget mu di rumah, sehingga kamu bisa lebih fokus dan menikmati waktu kesendirian mu dengan pikiran yang jernih. Dengan ini kamu akan lebih peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar mu saat itu.
Ketika puasa medsos, maka rasakanlah bahwa perhatian kamu telah kembali berangsur utuh dan tidak lagi terbagi-bagi. Kamu juga tidak lagi merasa diburu-buru waktu. 24 jam dalam sehari akan lebih bermakna dan bermanfaat untuk menyelesaikan segala aktivitas-aktivitas baik mu.
Puasa medsos itu rasanya semacam mengangkat beban psikologis dari pundak. Beban yang satu dekade terakhir ini tidak pernah kita sadari sedikit pun.
Dengan melakukan re-evaluasi hubungan media sosial maka kita akan memiliki hubungan yang lebih bijak pula dengan teknologi internet yang ada.
Hubungan setiap orang dengan media sosial memang berbeda-beda. Jika puasa media sosial selama 30 hari terasa berat, kamu bisa memulai nya dari seminggu, atau selama 24 jam?
Selamat menunaikan ibadah puasa media sosial!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H