Mohon tunggu...
Aisyah Nurul Fatihah
Aisyah Nurul Fatihah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

A girl who like to write something

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar Move On dengan Karya Sastra: Menelaah Makna Tersembunyi Puisi ''Ujung-Ujung Hujan'' Karya Aan Mansyur

23 Februari 2024   19:18 Diperbarui: 23 Februari 2024   19:28 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, tiba-tiba aku ingat kau, 

Di dada jalan yang membawamu jauh 

Setiap ujung hujan yang menyentuh 

Adalah mekaran bunga-bunga beribu


Dalam puisi "Ujung-Ujung Hujan" karya Aan Mansyur, kita disuguhkan dengan gambaran yang puitis tentang perpisahan yang menyakitkan. Puisi ini mengekspresikan perasaan kehilangan dan kesedihan yang mendalam akibat perpisahan dua orang yang saling mencintai. Dengan menggunakan metafora hujan sebagai simbol cinta yang tak terpisahkan, Aan Mansyur berhasil menggambarkan betapa sulitnya melepaskan diri dari kenangan indah bersama orang yang kita cintai.

Dalam esai ini, kita akan melakukan kritik sastra terhadap puisi "Ujung-Ujung Hujan" dengan mengeksplorasi tema, gaya bahasa, dan pesan yang ingin disampaikan oleh Aan Mansyur melalui puisinya ini.

Pada bait pertama puisi karya Aan Mansyur tersebut menggambarkan kenangan indah dan keintiman dalam hubungan yang telah berakhir. "Dulu dalam dingin kita berpelukan" menggambarkan momen kehangatan dan kebersamaan antara dua orang yang saling mencintai. Ketika mereka saling berpelukan, mereka membayangkan "ujung-ujung hujan" sebagai sesuatu yang indah dan meriah seperti kembang api yang merayakan ikatan cinta mereka.

Pada saat itu, mereka memiliki keyakinan bahwa cinta mereka tidak akan pernah terpisahkan ("Cinta yang tak akan pernah dijarakkan"). Ini menunjukkan bahwa di masa lalu, hubungan mereka dipenuhi dengan harapan dan kepercayaan satu sama lain. Namun, dalam perkembangan puisi, kesedihan datang dengan kepergian salah satu dari mereka, merusak keindahan dan kebahagiaan yang mereka rasakan bersama-sama.

Interpretasi pada bait selanjutnya adalah tentang perubahan yang terjadi setelah perpisahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. Menggunakan kata-kata "Hari haru itu" merujuk pada waktu di mana perpisahan atau kehilangan itu terjadi. Ketika orang yang dicintai pergi, penyair merasa seperti menutup pintu dalam hatinya, menandakan akhir dari suatu babak dalam kehidupannya.

"Ujung-ujung hujan yang jatuh" kalimat yang mencerminkan kesedihan yang dialami penyair setelah kepergian orang yang dicintainya yang akan menggugah rasa sedit kepada yang membacanya. Namun, meskipun awalnya hujan membawa kesedihan, perlahan-lahan "ujung-ujung hujan" tersebut menjadi simbol dari proses penyembuhan dan pemulihan. 

Mereka "tumbuh jadi rerumputan dan perdu", menandakan bahwa dari kesedihan dan kehampaan, akan tumbuh harapan dan kehidupan yang baru. Ini menunjukkan bahwa meskipun perpisahan membawa kesedihan, itu juga membuka pintu bagi pertumbuhan dan transformasi pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun