Mohon tunggu...
aisyah mutmainah
aisyah mutmainah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah mahasiswa yang sedang belajar

Hobi :membaca Saya mahasiswa Jurusan pbsi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dasar-dasar Analisis Fonem

29 Desember 2022   15:12 Diperbarui: 29 Desember 2022   15:29 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok-pokok pikiran yang dipakai sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem suatu bahasa diawali dengan mengiventarisasi semua bunyi yang ada dalam bahasa tersebut. Muslich (2008:79). Iventarisasi bunyi ini dilakukan dengan merekam tuturan imforman lalu mentranskipkannya secara fonetis dengan menggunakan lambang-lambang IPA (International Phonetic Alphabet).

Setelah inventarisasi bunyi dilakukan, bunyi- bunyi yang ada dalam bahasa tersebut dipetakan berdasarkan fitur-fitur fonetisnya ke dalam suatu bagan sehingga diperoleh bagan konsonan, bagan vokal, bagan diftong. Selanjutnya, dilakukan analisis fonem, Biasanya analisis fonem dilakukan dengan mencari pasangan minimal, yaitu dua kata yang mirip yang berbeda hanya dalam satu bunyi.

Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung dipengaruhi oleh lingkungannya. Sistem bunyi suatu bahasa berkecenderungan bersifat simetris. Bunyi-bunyi suatu bahasa cenderung berfluktuasi. Bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontras apabila berdistribusi komplementer dan/atau bervariasi bebas. Premis ini bisa dibuktikan dengan deretan bunyi pada kata-kata bahasa Indonesia berikut.

[nt]pada[tinta]dan[nd]pada [tunda]
[mp]pada[mampu]dan[mb]pada[kembar]
[nc]pada[pincan]dan[nj]pada[panjan]
[nk]pada[nanka]dan[ng]pada[tanga]
Bagaimana cara menentukan bahwa bunyi-bunyi itu mempunyai kesamaan fonetis? Kita bisa berpedoman pada peta fonetis yang dibuat oleh fonetisi). Peta fonetis (baik vokoid maupun kontoid) tersebut berbentuk lajur dan kolom yang menandai adanya kesamaan tertentu.
Berdasarkan peta tersebut, kita bisa menentukan bahwa bunyi-bunyi dikatakan mempunyai kesamaan fonetis apabila:

(1) Bunyi-bunyi tersebut berada dalam lajur (garis horizontal) yang sama, contoh [i]-[u], [p] - [t].
(2) bunyi-bunyi tersebut berada dalam kolom (garis vertikal) yang sama, contoh [i] - [e], [p] - [m].
(3) bunyi-bunyi tersebut berada dalam lajur dan kolom yang sama, contoh [p]-[b], [t]-[d].
(4) bunyi-bunyi tersebut mempunyai simbol yang sama tetapi berbeda dalam diakritik (tanda tertentu), contoh [p]-[p'], [i]-[u]-[u].
(5) Bunyi-bunyi tersebut mempunyai sifat yang sama, contoh [I]-[R].

Sistem Bunyi Suatu Bahasa Berkecenderungan bersifat simetris Selain ada bunyi hambat dental [t] dan [d], juga ada bunyi nasal dental [n]. Dari fenomena ini bisa diprediksikan, karena dalam bahasa Indonesia ada bunyi hambat palatal [c] - [j] dan bunyi hambat velar [k] - [g] maka akan dijumpai bunyi nasal palatal dan nasal velar, yaitu [n] dan [n]. Pemikiran pola simetris ini bisa dikembangkan pada sistem bunyi yang lain ketika menemukan fonem-fonem yang menyangkut bunyi-bunyi bahasa yang diteliti, baik pola-pola atau sistem pengucapan maupun pola-pola atau sistem fonemnya.


Gejala fluktuasi bunyi ini sering dilakukan oleh penutur bahasa, tetapi dalam batas-batas wajar, yaitu tidak sampai membedakan makna.

Contoh: Untuk makna yang sama, selain [papaya] juga diucapkan [papaya], selain [semakin] juga diucapkan [somankin]; selain [skadar] juga diucapkan [skdar]. (Coba cari contoh lain!)

Adapun bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan tidak berkontrak apabila berdistribusi komplementer dan atau bervariasi bebas.Contoh: Bunyi [k] dan [?] adalah bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis. Dalam bahasa Indonesia, kedua bunyi itu saling mengeksklu- sifkan. 

Bunyi [k] tak pernah menduduki posisi [?], dan bunyi [?] tak pernah menduduki posisi [k]. Bunyi [k] selalu menduduki posisi onset silaba (pengawal suku), sedangkan bunyi [?] selalu menduduki posisi koda silaba (pengakhir suku), misalnya dalam kata [kata?], [pOkO?], [ma?lUm]. Adapula bunyi-bunyi yang mempunyai kesamaan fonetis digolongkan kedalam fonem yang berbeda apa bila berkontras dalam lingkungan yang sama atau mirip contoh pasangan minimal dalam bahasa Indonesia dalam lingkungan yang sama.
[tari]    -    [dari]                  [kaki]     -     [gali]
[paku] -    [baku]                [laut]      -     [raut]
Contoh pasangan minimal dalam lingkungan yang mirip.
[Ciri]     -     [jari]
[Kilap]  -     [gelap]
        Kesimpulan dari Dasar-dasar analisis fonem di atas ialah bahwa Dasar-dasar analisis fonem adalah pokok pikiran sebagai pegangan untuk menganalisis fonem-fonem melalui bunyi-bunyi bahasa.

Mata kuliah : Fonologi
Di buat oleh : Aisyah Mutmainah
Jurusan.       :Pendidikan bahasa dan sastra indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun