Mohon tunggu...
Aisyah Mufida
Aisyah Mufida Mohon Tunggu... Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Praktek Pendidikan Masa Kini

22 Mei 2024   17:36 Diperbarui: 22 Mei 2024   17:45 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.shutterstock.com/imageInput sumber gambar

Ki Hajar Dewantara, lahir sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, adalah bapak pendidikan nasional Indonesia yang mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922. Filosofi pendidikannya terkenal dengan trilogi pendidikan: Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan) (Febriyanti, 2021).

Prinsip Ing Ngarsa Sung Tuladha menekankan bahwa guru harus menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya, menunjukkan integritas dan profesionalisme. Ing Madya Mangun Karsa mengajarkan bahwa guru harus berperan aktif di tengah-tengah siswa untuk membangun semangat dan motivasi belajar mereka. Terakhir, Tut Wuri Handayani menekankan peran guru dalam memberikan dukungan dan dorongan dari belakang, membantu siswa untuk mandiri dan percaya diri dalam belajar (Kusumastita, 2020). Trilogi ini mencerminkan pendekatan holistik dan humanis dalam pendidikan, yang tetap relevan dan diterapkan dalam sistem pendidikan masa kini di Indonesia. Berikut ini adalah penjabaran lebih mendalam mengenai implementasi filosofi Ki Hajar Dewantara dalam praktik pendidikan modern di Indonesia:

1. Pendidikan Berbasis Nilai dan Budaya Lokal

Salah satu implementasi utama dari filosofi Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan berbasis nilai dan budaya lokal. Kurikulum saat ini banyak mengintegrasikan muatan lokal, seperti bahasa daerah, kesenian, dan budaya tradisional dalam proses belajar mengajar (Hidayat, 2022). Contoh konkret adalah pengajaran tarian tradisional, musik daerah, dan penggunaan cerita rakyat dalam mata pelajaran. Hal ini tidak hanya melestarikan kebudayaan lokal tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air pada siswa.

2. Pendidikan Karakter

Konsep Ing Ngarsa Sung Tuladha yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya teladan yang baik dari guru (Suwahyu, 2018). Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam kurikulum modern. Sekolah-sekolah mengimplementasikan program-program yang menanamkan nilai-nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan kerja sama melalui kegiatan sehari-hari di sekolah. Misalnya, upacara bendera, kegiatan pramuka, dan berbagai proyek sosial yang melibatkan siswa secara aktif.

3. Pembelajaran Holistik dan Kontekstual

Prinsip Ing Madya Mangun Karsa menekankan pentingnya membangun semangat di tengah-tengah siswa. Pendekatan pembelajaran holistik dan kontekstual menjadi sangat penting dalam hal ini. Pembelajaran kontekstual mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa, membuatnya lebih relevan dan mudah dipahami (Yulianto, 2024). Misalnya, pelajaran matematika yang dikaitkan dengan aktivitas sehari-hari seperti belanja, pengukuran, dan pengelolaan keuangan sederhana. Metode ini meningkatkan keterlibatan siswa dan membuat pembelajaran menjadi pengalaman yang lebih bermakna.

4. Peran Guru sebagai Fasilitator

Prinsip Tut Wuri Handayani, yang berarti "di belakang memberi dorongan," menekankan peran guru sebagai fasilitator. Dalam praktik modern, guru lebih berperan sebagai pembimbing dan motivator, membantu siswa menemukan dan mengembangkan potensi diri mereka (Elitasari, 2022). Model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning) menjadi semakin umum. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan mengeksplorasi pengetahuan melalui proyek-proyek berbasis inkuiri.

5. Teknologi dalam Pendidikan

Penggunaan teknologi dalam pendidikan juga sejalan dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang menekankan adaptasi dengan perkembangan zaman. Pembelajaran berbasis teknologi seperti e-learning, penggunaan aplikasi pendidikan, dan kelas virtual menjadi semakin umum, terutama setelah pandemi COVID-19. Teknologi membantu mengatasi tantangan geografis dan memastikan bahwa pendidikan berkualitas dapat diakses oleh semua siswa, termasuk mereka yang berada di daerah terpencil (Astuti, 2021).

Implementasi filosofi Ki Hajar Dewantara dalam praktik pendidikan masa kini di Indonesia menunjukkan betapa relevan dan visionernya pandangan beliau. Melalui pendidikan berbasis nilai dan budaya lokal, pendidikan karakter, pembelajaran holistik, dan penggunaan teknologi, konsep-konsep Ki Hajar Dewantara terus hidup dan berkembang. Dengan adaptasi dan inovasi berkelanjutan, semangat pendidikan yang inklusif dan berakar pada budaya lokal akan terus menjadi fondasi kuat bagi masa depan pendidikan di Indonesia.

Referensi:

Febriyanti, N. (2021). Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vol. 5, No. 1; 1631-1638.

Kusumastita, I. I. (2020). Implementasi Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara untuk Tenaga Pendidikan di Indonesia. Reforma, Vol. 9, No. 2; 104-113. https://doi.org/10.30736/rf.v9i2.318

Hidayat, M. Y. (2022). Konsep Trilogi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan di Era Teknologi Informasi. Skripsi, Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.

Yulianto, H. (2024). Disiplin Positif pada Kurikulum Mardeka: Tinjauan Positif Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal Intelek dan Cendikiawan Nusantara, Vol. 1, No. 1; 626-637.

Elitasari, H. T. (2022). Analisis Konsep Guru Penggerak: Pandangan Ki Hajar Dewantara. Jurnal As Sibyan, Vol. 5, No. 2; 79-91. https://doi.org/10.52484/as_sibyan.v5i2.347

Suwahyu, I. (2018). Pendidikan Karakter dalam Konsep Pemikiran Pendidikan Ki Hajar Dewantara. INSANIA, Vol. 23, No. 2; 192-204. https://doi.org/10.24090/insania.v23i2.2290

Astuti, K. D. (2021). Kontekstualisasi Nilai-nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Era Covid-19. Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata, Vol. 2, No. 2; 202-207. https://doi.org/10.51494/jpdf.v2i2.345

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun