Maksud dari ungkapan ini adalah bahwa kematian itu sendiri sudah cukup menjadi pelajaran atau nasihat yang paling kuat untuk mengingatkan manusia tentang kehidupan yang fana dan pentingnya mempersiapkan diri untuk akhirat. Dengan merenungkan kematian, seseorang diharapkan dapat memperbaiki perilaku dan hidup dengan lebih baik, mengingat bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan akan ada kehidupan yang abadi setelahnya.
Beliau juga mengajak para hadirin untuk menjadikan ashabul haul, yaitu para masyayikh yang dihauli, sebagai motivasi untuk memantaskan diri agar kelak dapat berada dalam barisan mereka. Gus Usama menekankan bahwa kehidupan yang benar-benar bermakna adalah ketika kita bisa mengikuti jejak para ulama yang telah memberikan contoh hidup yang penuh dedikasi dan pengabdian kepada agama.
Kesimpulan: Sebuah Renungan Spiritual Peringatan Haul Masyayikh Salafiyah Bangil kali ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi dan doa bersama, tetapi juga sarat dengan renungan spiritual yang mendalam. Ceramah Bunyai Hj. Maryam dan sambutan Gus Usama memberikan pencerahan baru bagi para santri, alumni, dan hadirin lainnya untuk selalu menghormati guru serta mengingat kematian sebagai pengingat untuk memperbaiki diri. Dengan demikian, diharapkan acara ini tidak hanya menjadi sebuah ritual tahunan, tetapi juga momen untuk memperbarui niat dan meningkatkan kualitas diri dalam menjalani kehidupan sesuai ajaran Islam.
Penulis adalah praktisi pendidikan dan dakwah dan merupakan korrdinator pemberdayaan perempuan IKATAN SARJANA NAHDHATUL ULAMA (ISNU) Jawa Timur dan juga alumni PPP Salafiyah Bangil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H