Sayangnya Benyamin memiliki kebiasaan buruk. Ketika kereta-kereta tidak dapat berjalan mulus seperti yang dikehendakinya, dia melempar rel - rel dan kereta apinya sambil berteriak - teriak.Â
Biasanya sang ibu mengatakan : " Tak apa bisa kita perbaiki nanti" Â Namun outputnya Benyamin terus saja melempar-lempar kan mainannya. Demikian terjadi berkali-kali. Benyamin seolah olah tidak mendengar apa yang dikatakan ibunya.Â
Hal itu mendorong Ibu Benyamin mengikuti diskusi yang diadakan Joana ( terapis)
Sebenarnya ada apa dengan Benyamin? Â Ada apa dengan kalimat ibu Benyamin
Pada dasarnya anak perlu menyakini bahwa perasaan mereka dipahami oleh orang dewasa. Dengan meyakini perasaan mereka, kita akan memberi pondasi kepada mereka untuk belajar memahami perasaan orang lain.
Lebih tegasnya Ibu Benyamin harus membuat Benyamin percaya bahwa sang Ibu tahu perasaan Benyamin. Sekaligus membantu Benyamin mengetahui perasaannya sendiri.
Setelah Ibu Benyamin mengikuti pelatihan. Ini kalimat yang dipilihnya untuk membuat Benyamin tahu bahwa ibunya paham perasaannya
Ketika Benyamin mulai marah dan membuang-buang kereta. Sang Ibu mulai bereksperimen
 " Ah! Menjengkelkan sekali, kamu pasti tidak mau mainanmu berantakan, kan?" Benyamin diam dan memandang ibunya.
Ibu Benyamin mengambil papan tulis, lalu menggambar anak menangis. Benyamin masih tetap diamÂ
" Apakah perasaanmu seperti ini?" Benyamin masih diam lalu Ibunya memberi dua tetes air mata pada gambarnyaÂ