Mohon tunggu...
Aisyah Anggorowati
Aisyah Anggorowati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi bermain game mendengar musik berolahraga dan juga suka membaca menulis atau mengaji

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Romantisasi Ilmu Psikologi Berpotensi Merusak Generasi

27 Juni 2024   10:10 Diperbarui: 27 Juni 2024   10:16 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senang sekali rasanya jika banyak orang yang menggauangkan betapa pentingnya kesehatan mental ketika merasa tertekan, scroll tiktok dan semua orang g akan menjadi lebih muda tentang meraba dirinya sendiri. Apa yang harus dilakukan dan apa yang menjadi penyebabnya. 

Kesehatan mental yang kini di anggap menjadi paling utama pada masyarakat karena memanjakan sisi lemah manusia itu sendiri. Serta bisa membuat orang lebih cenderung bisa menyalakan orang lain karena kondisi yang mereka rasakan, yang dimana fenomena tersebut sering kali terjadi pada saat ini. 

Mereka(orang tua) seenaknya saja berbicara tanpa menyadari omongan orang tua itu bisa membuat mental seorang anak down bahkan sehancur- hancurnya" 

Jika ditarik benang merahnya, penyebab utama intergeneratiol trauma merupakan kurangnya perhatian. Jika orang tua zaman dulu marah respon anak pun akan segan, sehingga pada saat mendengarkan anak akan mendengarkan sambil mengintrospeksi diri. 

Berbeda pada saat sekarang jika anak diposisi kondisi tersebut mereka tidak akan nyaman, kesehatan mental merupakan senjata yang utama untuk menyuapi orang tua yang awam lebih lagi tentang pentingnya kesehatan mental. Dan dampaknya tersebut pada masa yang akan datang mereka serap dari dunia massa/dunia internet. 

Kesehatan mental itu bukan hanya sekedar tentang masa lalu yang telah membentuk diri kita. Akan tetapi gimana cara kita bisa beradaptasi pada berbagai permasalahan. Ada beberapa cara adaptasi dal menghadapi permasalahan. sekali lagi,  apa yang terjadi di masa lalu trauma masa kecil serta kondisi tertekan lainnya, bukan menjadi penghalang untuk sukses dan membentuk diri menjadi lebih baik untuk di masa yang akan datang. Berhenti menjadikan kondisi kesehatan mental menjadi sebuah penghambat dalam mengeksplorasi banyak hal.

Kejadian ini menarik sebuah sebab jika selama ini kita terbiasa memandang sains sebagaimana pendapat terkuat di atas lainnya. Temuan ilmiah merupakan cara pandang yang di anggap benar di antara paradigma lain. Sehingga kita melupakan hakikat kita sebagai manusia yang telah dibekali tuhan dengan kapasitas akal yang bisa berpikir secara kompleks.

Akan tetapi kepekaan afektif membuat masing-masing dari kita berbeda memandang sebuah kondisi yang sama. Jika akan membenarkan maka jumlah nya yaitu 1+1=2 , sudut pandang afektif bisa berbeda.  Tentu perlu kehatian dalam mengartikan segala kondisi serta tidak bisa menghakimi benar salahnya.

Sesungguhnya kita juga tidak bisa bertahan hidup jika mengandalkan segala hal-hal yang berbau ilmiah dengan tanpa adanya sentuhan lain yang bersifat normatif. Hal yang mendasar misalnya itu, tata Krama merupakan fondasi yang tentu sangat esensial supaya orang tidak reaktif dalam melihat situasidan tidak terlalu terpolarisasi secara ekstrem.

Privilege yang kedua merupakan romantisasi highlight "menurut psikolog".  Bisa menyihir ribuan orang dalam mengklaim bahwa jika dirinya termasuk katagori tersebut. Orang akan lebih mudah dipercaya serta menkotak dirinya terbatas jika katagori boleh jdi akan lebih baik ketika mereka tidak mengerti informasi tersebut sebelum nya.

Psikologi memandang orang secara humanis. Semua afirmasi telah disampaikan melalui praktisi dengan menggunakan diksi-diksi manis, oleh sebab itu pada dasarnya memang keberadaan psikolog bisa membangun tempat yang nyaman serta aman bagi orang lain menjadi diri sendiri. Itu semua bukan berarti psikolog dewa serta ilmu psikologi merupakan kitab suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun