Mohon tunggu...
Nur Aisyah Amini
Nur Aisyah Amini Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca, Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching untuk Supervisi Akademik (Sebuah Refleksi)

9 Oktober 2022   23:20 Diperbarui: 9 Oktober 2022   23:40 31534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Materi pembelajaran tentang coaching untuk supervisi akademik memberikan pengalaman yang berharga dalam hal peningkatan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran, khususnya kompetensi dalam memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid.  Seorang guru harus membiasakan melakukan refleksi terkait perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Selain itu, guru harus memandu rekan sesama guru untuk bersama menganalisis data hasil pembelajaran, merencanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis untuk meningkatkan pembelajaran, dan melakukan refleksi berdasarkan umpan balik dari murid untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran. Refleksi dari kepala sekolah juga perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas praktik pembelajaran.  Bahan yang dapat dijadikan refleksi adalah berupa hasil supervisi dari kepala sekolah atau guru pamong.  Saat melakukan supervisi sesama guru, guru membutuhkan keterampilan dalam mengelola pelaksanaan supervisi supaya tujuan tercapai.

Kadang muncul perasaan tidak nyaman saat harus berhadapan dengan teman sejawat untuk melakukan supervisi akademik.  Namun hal ini tidak menghalangi guru untuk tetap bisa memerankan fungsinya sebagai supervisor teman sejawat dengan menerapkan teknik coaching.  Tekhnik coaching menempatkan supervisor dan guru yang disupervsi membangun kemitraan yang setara dan guru sendiri yang akan mengambil keputusan dalam rangka perbaikan kompetensinya.  Supervisor sebagai coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, guru lah yang membuat keputusan sendiri.

Teknik coaching dengan alur tirta menyajikan langkah-langkah yang mudah diterapkan menjadikan guru lebih mudah untuk mengembangkan kemampuannya dalam menggali potensi rekan lainnya sekaligus memanajemen dirinya dalam mengelola potensinya dengan menjadikan teman lain sebagai coach bagi dirinya. 

Berdasarkan pengalaman, dari tiga kompetensi coaching yaitu kehadiran penuh, mendengar aktif, mengajukan pertanyaan berbobot,  hal yang perlu ditingkatkan dalam penerapan coaching adalah kompetensi mengajukan pertanyaan berbobot.  Pertanyaan berbobot bersifat terbuka dan berasal dari mendengarkan jawaban coachee. Tidak jarang, coach terjebak memberi tanggapan terhadap jawaban coachee bukan berupa pertanyaan lanjutan namun berupa tanggapan setuju atau tidak setuju bahkan kadang memunculkan ungkapan berupa nasihat atau saran.  Padahal coaching bukanlah proses konseling yang memberikan alternatif solusi namun sebuah proses menemukan solusi dari permasalahan yang berassala dari coachee sendiri.

Mengapa coaching diperlukan dalam tahapan supervisi klinis? Supervisi klinis mencakup 3 tahapan yaitu pra-observasi, observasi, dan pasca observasi.  Kegitan pra-observasi adalah dialog antara guru (coachee) dan supervisor (coach) yang dilakukan sebelum observasi di kelas dimulai.  Percakapan dengan guru sebelum kegiatan observasi kelas dibutuhkan untuk pertama, percakapan awal ini membangun kepercayaan dari guru kepada pimpinan sekolah sebagai supervisor yang profesional karena merencanakan kegiatan ini dengan baik. Kedua, percakapan awal memberikan perasaan tenang mengenai tujuan dari rangkaian supervisi klinis. Supervisor menempatkan diri sebagai mitra atau rekan seperjalanan mereka dalam pengembangan diri. Ketiga, kesepakatan yang dihasilkan pada tahap ini mengenai aspek-aspek pengembangan yang akan diobservasi memberikan rasa percaya diri dan motivasi internal karena guru merasakan keterlibatan aktif dalam proses. Guru diberikan kesempatan untuk menyampaikan rancangan pembelajaran dan apa yang menjadi target pengembangan untuk diobservasi (Irayati dkk, 2022)

Observasi adalah aktivitas pengamatan oleh supervisor pada saat guru
melaksanakan pembelajara di kelas. Tujuan utama tahap ini adalah mengambil data
atau informasi secara obyektif mengenai aspek pengembangan yang sudah disepakati. Percakapan pasca-observasi mempunyai tujuan  menganalisis hasil data observasi, percakapan umpan balik, perencanaan area pengembangan, dan rencana aksi pengembangan diri.  Semua langkah itu dilaksaknakan menggunakan prinsip coaching, yakni kemitraan, Konstruktif, terencana, reflektif, objektif, berkesinambungan, dan komprehensif.

Tantangan bagi guru dalam menerapkan coaching pada proses supervisi klinis adalah menjadikan refleksi dan pemberian umpan balik sebagai kegiatan yang berkesinambungan dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu memberi dampak perbaikan dalam hal kompetensi pemimpin pembelajaran.  Tidak jarang guru bahkan kepala sekolah menerapkan coaching hanya sebagia kegiatan rutin untuk pemenuhan tugas semata sehingga melupakan prinsip utama yakni kontinuitas atau proses yang dilakukan secara terus menerus dengan menyertakan proses refleksi dan umpan balik.  Hal ini perlu ditindaklanjuti dengan perencanaan supervisi klinis yang matang diikuti pelaksaanaan yang sesuai rencana. 

Menurut pengalaman penulis, sebelum mempelajari materi coaching, supervisi klinis dilaksanakan terjadwal dan kepala sekolah langsung mendatangi kelas untuk observasi. Hasil observasi berupa nilai yang menggambarkan pencapaian kompetensi mengajar.  Terkadang guru tidak mengetahui hasilnya dan merasa tidak memerlukannya.  Dan kepala sekolah menggunakan data tersebut utuk sekedar laporan dan bukan sebagai bahan untuk menggali potensi guru dan mengembangkannya lebih jauh lagi.

Setelah mempelajari tekhnik coaching, gambaran bagaimana mengemas kegiatan supervisi sebagai kegiatan yang santai, bermakna, reflektif, dan hangat akan terwujud.  Teknik ini bisa diterpakan tidak saja untuk meningkatkan kenyamanan hubungan antara kepala sekolah dan guru namun yang terpenting adalah terwujudnya proses evaluasi dan perbaikan secara terus menerus melalui proses refleksi.

Materi coaching ini merupakan rangkaian dari tiga materi modul 2 PGP (Pendidikan Guru Penggerak) yaitu pembelajaran berdiferensiasi, pembelajaran Sosial dan Emosional.  Keterkaitan materi coaching dengan pembelajaran diferensiasi terletak bagaimana guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memberikan pertanyaan berbobot pada murid dalam menentukan minat mereka terhadap materi pelajaran tertentu.  Guru harus mempunyai perhatian penuh kepada muridnya sehingga mampu memberikan pertanyaan yang bisa menggali potensi murid-muridnya dalam mengungkapkan pendapat, menyimpulkan, dan menanggapi dalam pembelajaran individu maupun kelompok.  Kemampuan mendengar aktif sebagai bagian dari prinsip coaching sangat diperlukan guru dalam proses pembelajaran dengan siswa sehingga mampu menangkap kebutuhan siswa sehingga guru bisa memberikan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pembelajaran Sosial dan emosional mencakup nilai-nilai yang terdeskripsi dalam kompetensi soseal emosional (CASEL) memberikan pengalaman kepada guru untuk mengenal  kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.  Pengalaman belajar ini memberikan guru bekal untuk menjadi seorang coach yang ideal.  Seorang coach diharapkan mempunyai kompetensi mendengar aktif, kehadiran yang penuh yang sangat memerlukan konsentrasi terutama pengelolan emosi yang mendalam.  Hal ini untuk menghindari coach melibatkan perasaan, fikiran dan emosinya terbawa oleh coachee.  Melalui manajemen diri yang kuat, kesadaran soial, dan keterampilan berelasi seorang coach akan mampu berempati namun tidak hanyut oleh perasaan coachee namun bisa menangkap kunci-kunci persoalan sehingga bisa menuntun sang coachee menemukan solusi yang tepat bagi permasalahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun