Selama belajar di sekolah, anak selalu dibebani tuntutan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hal ini sangat mempengaruhi psikologi anak. Anak akan cenderung tertekan dan melakukan hal-hal negatif untuk target perolehan nilai di sekolah.Â
Cara-cara instan akan dia lakukan demi mendapatkan nilai tinggi, salah satunya dengan cara menyontek.Â
Pola pikir semacam ini menyebabkan pendidikan bukan lagi prioritas dari tujuan sekolah, melainkan nilai. Yang terpenting adalah hasil, bukan proses untuk mendapatkan nilai tersebut.
Subjek pendidikan seharusnya bisa memahami bahwa pendidikan adalah proses membentuk pola pikir seseorang dan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.Â
Tanpa peran orang tua, lembaga pendidikan tidak akan sukses mendidik anak. Dan tanpa peran lembaga pendidikan yang ada di pemerintahan juga tidak akan sukses menyelenggarakan pendidikan. Sehingga kedua stakeholder tersebut harus terpadu dan tidak terpisahkan.Â
Banyak orang beranggapan bahwa Ujian Nasional adalah penentu nasib masa depan seseorang. Namun pada hakikatnya, Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur standar mutu pendidikan di negara kita.Â
Sudah seharusnya semua pihak bisa membedakan apa itu pendidikan dan apa itu pengajaran. Keduanya harus berjalan beriringan dan saling melengkapi. Maksudnya dibandingkan memberikan teori lebih baik memberitahukan bagaimana cara pengaplikasiannya.Â
Faktanya, pengajaran lebih condong kepada teori saja, sedangkan pendidikan harus mengarah kepada aplikasi atau penerapan.
Ketika memasuki dunia kerja, bukan nilai yang menjadi patokan, melainkan life skill yang mereka punya. Sangatlah bertolak belakang dengan apa yang selama ini banyak orang pandang.Â
Oleh sebab itu, diharapkan agar semua  orang mulai berpikir bahwasanya skill adalah hal terpenting yang dibutuhkan seseorang dibandingkan nilai. Karena sesungguhnya jika seseorang mempunyai keterampilan, maka ia akan bernilai guna.Â
Berbeda cerita dengan orang yang mempunyai nilai tinggi akan tetapi tidak memiliki keterampilan. Nilai tersebut tidak akan membantunya menyelesaikan masalah apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H