Komunikasi Lintas budaya mengacu pada interaksi atau perbandingan antara dua budaya atau lebih. Ini melibatkan pemahaman dan menghargai perbedaan dan kesamaan antara budaya yang berbeda, dan mampu berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda.
Dalam konteks lintas budaya, individu atau kelompok mungkin menghadapi bahasa, adat istiadat, nilai, kepercayaan, dan norma yang berbeda yang berbeda dari budaya mereka sendiri.Â
Kemampuan untuk menavigasi dan memahami perbedaan budaya ini penting dalam membangun hubungan yang positif dan menghindari kesalahpahaman.
Sejumlah peneliti mengklaim bahwa nada tinggi secara universal diasosiasikan dengan kesopanan lintas budaya. Suara bernada tinggi secara universal diasosiasikan dengan subdo minance melalui prinsip biologis yang memproyeksikan ukuran tubuh yang kecil dan subdominan itu, pada gilirannya, diasosiasikan dengan makna seperti kesopanan, rasa hormat dan kepatuhan.
Interaksi manusia adalah tugas yang kompleks. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kompleksitas ini adalah hubungan antara pembicara dan lawan bicara, dan sejauh mana hubungan ini dikodekan dalam bahasa dan budaya.
Bahasa Jepang sangat mirip dengan bahasa Korea sehubungan dengan fitur fonetik dan suara apa yang berkontribusi untuk mengkarakterisasi gaya bicara hormat dan bagaimana caranya. Suara hormat lebih tenang, lebih bernafas, lebih jelas dan mencakup lebih sedikit fluktuasi dalam hal nada dan kenyaringan di ucapan yang lebih panjang.
Intonasi dalam bahasa Jepang dan Korea juga memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Orang Korea mengeksploitasi dua fitur tambahan, pitch dan shimmer bahasa Korea memiliki intonasi yang lebih tinggi dan melantunkan setiap kalimat dengan nada yang berbeda, sedangkan bahasa Jepang tidak, Bahasa Jepang memiliki intonasi yang lebih rendah.
Ini menggarisbawahi pentingnya mengenali kesopanan sebagai diskursif dan fenomena multimodal di mana dimensi verbal, fonetik dan gestur diatur untuk mencapai makna yang dimaksud. Terlepas dari perbedaan ini, suara hormat menghasilkan kesan yang serupa: terdengar lebih lembut.
Perbedaan paling menonjol yang kami temukan di kedua bahasa tersebut adalah fakta bahwa bahasa Jepang menggunakan fitur fonetik pada tingkat yang lebih rendah daripada bahasa Korea.Â
Bahasa Korea tidak hanya menggunakan dua fitur tambahan (pitch dan shimmer), tetapi juga menggunakan HNR pada tingkat yang lebih tinggi daripada bahasa Jepang. Ini tampaknya menghasilkan kinerja yang lebih baik untuk orang Korea dalam eksperimen persepsi.