Selesaikah langit membirukan bumi?
serat-serat kasat mata menganti dengan senja
barisan rona yang siap memanggilku terpana
menelusup tiap pori-pori hati
tanpa malu menyergapku dengan semburat merah
berwarna, meski tanpa bayang
menangkap wujudnya, mustahil
siapa yang bisa berikan-mu untuk-ku
wujud senja yang selalu teduh,
mereka tak akan pernah bisa.
Menangkap-mu, memenjarakan-mu
Seperti yang mereka lakukan padaku
tangan biasa-ku pun tak mampu.
Maaf, ku jamah kau dengan mata tak pantas-ku
rasakan saja. Bukankah dunia ini wujud nyata
aku ingin senja, dalam kertas usang-ku
berikan aku se-kalimat bahasamu
senja yang meleleh dalam mataku
senja yang meracau di telinga-ku
keinginan macam apa ini?