Aisyah Nabilah Ardelia
202210230311092
Pernah tidak, merasa diejek, dicaci maki, dimanfaatin, direndahin, tidak dihargai, memberikan banyak hal kepada orang lain namun kita malah dirugikan? Atau mungkin pernah bertemu dengan teman, saudara, atau orang lain di sekitar kita yang jika dipuji malah menolak, padahal pujian itu benar adanya?
Tahu tidak, kenapa hal itu bisa terjadi?
Seseorang yang memiliki rasa cinta yang rendah terhadap dirinya sendiri akan dengan mudah membiarkan orang lain melakukan hal yang dapat menyakiti dirinya sendiri, contohnya membiarkan orang lain mengejek dan mencaci-maki dirinya lalu menelan mentah-mentah ejekan dan caci-makian itu kemudian dimasukkan kedalam hati serta pikirannya hingga terbentuk suatu mindset bahwa dirinya buruk.Â
Seseorang yang memiliki rasa cinta yang rendah terhadap dirinya sendiri akan dengan mudah membiarkan orang lain memanfaatkan, merendahkan, bahkan tidak menghargainya. Akibatnya, ia memiliki rasa percaya diri yang rendah, bahkan bisa saja kehilangan harga dirinya, dan tidak akan percaya jika ada yang memberikan komentar positif atau pujian tentang dirinya meskipun itu adalah fakta akan dirinya.
Menurut Deborah Khoshaba (Yasmin A. N., 2020), self love merupakan suatu keadaan apresiasi kepada diri sendiri yang bersifat dinamis dan tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual kita, serta tindakan yang membuat kita dewasa. Mereka yang cinta terhadap diri sendiri akan mulai menerima kekurangan dan kelebihan, memiliki rasa kasih sayang terhadap diri sendiri, lebih fokus terhadap tujuan hidup yang dimiliki, serta hidup secara puas melalui usaha yang telah dilakukan.
Self love adalah mencintai diri sendiri dan segala sesuatu yang tumbuh dari kita kecil hingga dewasa. Mereka yang memiliki rasa cinta secara utuh terhadap dirinya sendiri, tidak akan mudah terbuai dengan ejekan dan menerima diri mereka apa adanya tanpa adanya rasa malu dan sebagainya, mereka akan terus percaya diri. Sama halnya jika kita sudah telanjur cinta terhadap kekasih kita, kita tidak akan pernah mau melihat kekasih kita tersakiti bukan? Nah, mereka yang memiliki rasa cinta terhadap dirinya sendiri juga tidak akan mau menerima jika orang lain menyakiti dirinya, dan akan selalu melindungi dirinya untuk selalu bisa bahagia.
Salah satu cara untuk kita bisa melindungi diri kita adalah dengan menetapkan batasan untuk diri sendiri terhadap orang lain dan lingkungan sekitar atau kerap kali disebut personal boundaries. Personal boundaries dapat diartikan sebagai sebuah aturan atau pedoman yang dapat memberi tahu orang lain bagaimana kita ingin diperlakukan, serta apa yang dapat diterima dan apa yang tidak.Â
Personal boundaries merupakan salah satu bentuk dari self love. Personal boundaries mampu membuat kita menolak dan mengatakan tidak kepada hal apa saja yang kita tidak suka. Jenis personal boundaries sendiri bisa berupa emosional, fisik, seksual, intelektual atau metal, material, dan waktu. Setiap individu memiliki personal boundaries yang berbeda-beda.
Menurut buku Boundaries : When to Say Yes How to Say No to Take Control of Your Life (Cloud H., 1992), boundaries itu bagaikan rumah. Pada suatu rumah biasanya ada pagar, pintu masuk, dan di dalamnya ada ruangan-ruangan lain salah satunya kamar. Ada orang yang hanya bisa berada di luar pagar, ada yang bisa masuk namun hanya sampai ruang tamu, ada juga yang kita izinkan untuk bisa masuk ke dalam kamar kita.Â