Mohon tunggu...
SITI FADILATUL RAGIL AISYAH
SITI FADILATUL RAGIL AISYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - TIDAK BEKERJA

Menonton

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pancasila atau Agama, Mana yang Lebih Dekat di Hati Kita?

7 Oktober 2024   22:10 Diperbarui: 8 Oktober 2024   06:30 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, agama mungkin lebih dekat di hati karena sifatnya yang sangat personal. Melalui ibadah, doa, dan ritual, seseorang bisa merasakan hubungan yang kuat dan dekat dengan Tuhan. Hal ini membuat agama menjadi sesuatu yang sangat penting dan tak tergantikan dalam hidup mereka.

Di Indonesia, agama sering dijadikan sebagai panduan moral dalam membuat keputusan. Banyak kebijakan di daerah yang mengikuti nilai-nilai agama, seperti aturan yang mendukung kegiatan ibadah atau merayakan hari besar keagamaan. Contohnya, beberapa daerah memberlakukan kebijakan libur sekolah dan kerja saat Hari Raya Idul Fitri dan Natal, atau menyediakan waktu khusus bagi karyawan Muslim untuk salat Jumat. Jadi, meskipun Pancasila adalah dasar negara, agama juga punya peran penting dalam membentuk moral masyarakat sehari-hari.

Pancasila dan Agama: Saling Melengkapi atau Bertentangan?

Pertanyaan besar yang muncul adalah apakah Pancasila dan agama saling melengkapi, atau justru bisa bertentangan satu sama lain? Ini adalah isu yang kerap kali muncul, terutama di era modern ketika ketegangan sosial dan politik sering terjadi di Indonesia.

Pada dasarnya, Pancasila dan agama seharusnya tidak saling bertentangan. Pancasila dirancang untuk menjadi pelindung bagi semua umat beragama di Indonesia. Seperti pada Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menunjukkan bahwa negara ini dibangun atas dasar menghormati berbagai keyakinan agama. Selain itu, Pancasila juga mengusung nilai-nilai yang sejalan dengan ajaran agama, seperti rasa kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian.

Namun, dalam kenyataannya, sering terjadi ketegangan antara Pancasila dan agama, terutama ketika orang memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana nilai-nilai agama seharusnya diterapkan dalam kehidupan sosial atau politik. Ada kelompok yang merasa bahwa agama seharusnya memiliki peran lebih besar dalam menentukan kebijakan negara. Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa negara harus tetap netral dan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya dasar hukum yang mengatur bangsa ini.

Ketika ada isu agama kemudian muncul perdebatan apakah ini bertentangan dengan Pancasila. Di sinilah pentingnya memahami bahwa Pancasila adalah landasan kebangsaan yang bersifat inklusif artinya Pancasila melindungi semua agama dan kepercayaan tanpa memihak pada satu agama tertentu.

Mana yang Lebih Dekat di Hati?

Menjawab pertanyaan ini pada akhirnya bersifat sangat subjektif bergantung pada pengalaman dan keyakinan setiap orang. Ada yang merasa Pancasila lebih dekat di hati karena Pancasila adalah dasar yang menyatukan seluruh masyarakat Indonesia tanpa melihat perbedaan agama. Pancasila memberikan rasa aman dan persatuan di tengah keberagaman.

Namun, ada juga yang merasa bahwa agama lebih dekat di hati mereka. Bagi mereka, agama adalah panduan yang memberikan makna dalam hidup, menjalin hubungan spiritual dengan Tuhan, dan memberikan petunjuk moral yang sangat pribadi. Agama tidak hanya berkaitan dengan kehidupan bernegara, tetapi juga tentang bagaimana menjalani hidup dengan penuh arti.

Sebenarnya keduanya tidak perlu dipertentangkan, Pancasila dan agama bisa berjalan beriringan. Pancasila menjadi panduan bagi kehidupan bernegara, sedangkan agama menjadi panduan bagi kehidupan pribadi dan spiritual. Dalam praktiknya, banyak orang yang menjalankan nilai-nilai Pancasila sambil tetap berpegang pada ajaran agama yang dianut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun