Dilansir dari Kementerian Kesehatan, Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan adanya peningkatan jumlah orang yang terinfeksi virus HIV dan 35% diantaranya ialah ibu rumah tangga. Bahkan, setiap tahunnya kasus HIV pada ibu rumah tangga meningkat 5100 kasus.
Permasalahan utama akan bertambahnya angka tersebut tiap tahunnya adalah karena kurangnya pengetahuan tentang penularan dan pencegahan HIV & AIDS. Maka dari itu, diperlukan adanya edukasi kepada masyarakat untuk menanggulangi permasalahan HIV & AIDS tersebut.
Tanggal 18 Mei lalu, diperingati sebagai HIV Vaccine Awareness Day sebagai bentuk rasa terima kasih kepada para relawan, anggota masyarakat, tenaga kesehatan profesional, dan ilmuwan yang bekerja sama untuk menemukan vaksin HIV pencegahan yang aman dan efektif. Pada hari ini juga, diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penelitian akan penemuan vaksin sebagai tindakan preventif terhadap HIV/AIDS.
Pada tahun 1987, uji klinis vaksin HIV pertama dilakukan. Uji klinis vaksin ini dilaksanakan di Maryland oleh National Institutes of Health (NIH). Namun sayangnya, pada uji coba fase pertama ini tidak didapatkan hasil yang signifikan dalam mengobati penyakit HIV.
Diberitakan NBC News, di tahun 2019 para peneliti telah memulai uji coba di Eropa dan Amerika. Subjek dalam penelitian ini yaitu 3900 pria yang berhubungan seks dengan pria dan transgender yang dianggap beresiko tinggi terhadap HIV.
Peneliti memberikan  dua jenis suntikan, yaitu dengan menggunakan virus penyebab flu untuk mengirimkan kode genetik HIV dan disebarkan melalui empat kunjungan vaksinasi dalam setahun. Namun, lagi-lagi vaksin HIV yang diujicobakan ini tidak dapat memicu antibodi penawar HIV.
Memang hingga saat ini uji coba vaksin penawar HIV masih diteliti. Maka dalam kurun waktu tersebut, pengobatan hanya dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan virus, memperlambat gejala, meningkatkan pertahanan/kekebalan tubuh, dan mencegah resiko penularan ke orang lain. Kumpulan obat HIV ini disebut sebagai obat antiretroviral (ARV).
Adapun tipe ARV yang disetujui Amerika Serikat terbagi menjadi lima golongan. Golongan tersebut yaitu nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NNRTI, protease inhibitor (PI), entry inhibitor, dan Integrase inhibitor (INI).
Walaupun penelitian penemuan vaksin HIV & AIDS telah dilaksanakan selama 4 dekade dan belum membuahkan hasil, kita harus senantiasa mendukung penelitian ini. Selain itu, masih ada cara lain untuk mencegah kasus HIV & AIDS ini, diantaranya:
1. Menghindari melakukan hubungan seks bebas sebelum menikah
Seks bebas menjadi salah satu faktor utama penularan virus HIV. Maka dari itu sebaiknya kita hindari melakukan hubungan seks pra-nikah.
2. Praktik seks dengan aman dan hindari begonta-ganti pasangan
Menerapkan praktik seks yang aman dengan menggunakan kondom sebagai bentuk pencegahan penularan HIV. Selain itu, bersikap setia dan hindari bergonta-ganti pasangan seks.
3. Menghindari pemakaian obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang ini dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengontrol tindakannya. Â Sehingga, hal ini dapat beresiko terhadap perbuatan seseorang seperi contohnya berhubungan seks yang tidak aman.
4. Hindari kontak dengan darah
Contoh penularannya adalah penggunaan jarum suntik bersama. Pasalnya, jarum suntik yang telah digunakan sebelumnya akan menyisakan darah. Sehingga bila dipakai berulang kali, maka resiko penularan HIV akan semakin tinggi.
5. Rutin Melakukan Tes HIV
Tes HIV sangat penting untuk dilakukan setiap individu sebagai bentuk pencegahan terhadap HIV. Terutama bagi individu yang aktif secara seksual dan orang yang rentan terkena setidaknya 6 bulan sekali.
6. Konsultasi ke dokter bagi ibu hamil
Pada ibu hamil yang terkena penyakit HIV, tentunya akan rentan menularkan virus HIv pada janin yang dikandungnya. Maka dari itu, harus segera berkonsultasi ke dokter dan mendiskusikan metode untuk mencegah penularan.
Nah, hal-hal diatas merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV. Perlu diingat bahwa HIV tidak akan tertular melalui kontak kulit seperti berjabat tangan dan berpelukan. Maka, tidak perlu takut saat bertemu pasien HIV. Ingat ya! jauhi virusnya, bukan orangnya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI