Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - suka foto tidak suka difoto.

Hi Sahabat kenalin aku Aisyah, salam kenal ya !!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Urutan Lahir Jadi Penentu Emosi Anak Tengah?

23 November 2021   23:52 Diperbarui: 23 November 2021   23:59 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kata " sebagai yang paling sabar, anak tengah seringkali diabaikan keberadaanya, selalu dituntut buat nurut sama kaka sekaligus jadi panutan yang baik buat adiknya, berusaha jadi penengah di keluarga, dipaksa jadi dewasa karena gaboleh ngeluh sama keadaan, dan tetap mandiri nyelesein masalahnya tanpa nambahin beban orang tua" juga dituliskan di dalam sertifikat tersebut sebagai bentuk apresiasi tim narasi untuk si anak tengah yang jarang diingat oleh keluarganya.

"Peluk hangat buat barisan anak tengah. Kalian hebat! Aku gak lupain kalian lho." tertulis di bagian caption postingan narasi.

https://www.instagram.com/p/CWc9YV-BvE6/?utm_source=ig_web_copy_link

Urutan lahir memang terlihat sebagai pembahasan yang tidak menarik jika diperhatikan secara sepintas, Namun perlu kalian ketahui, tingkatan emosi berdasarkan urutan lahir seseorang merupakan hal yang menarik untuk dibahas loh!

karena hal ini menunjukan bagaimana keluarga, orangtua dan lingkungan sekitar memperilakukan anak pertama, tengah, dan si bungsu.

Apakah sekitar sudah bersikap adil atau malah sebaliknya?

Karena hal itu lah yang akan membawa pengaruh buruk dalam memenuhi karakter, perilaku, bahkan emosi anak.

Ilmu konsep urutan kelahiran (Birth Order) menjelaskan bahwa seorang anak memaknai posisinya dalam keluarga dan penilaian diri yang kemudian menjadi acuan dalam hidup bermasyarakat. Dampak tersebut terasa di lingkungan sosial, tempat kerja, atau dalam bersosialisasi di masyarakat (Hadibroto dkk, 2002).

Alfred Adler, salah satu psikolog Neo-Freudian, telah menunjukkan bahwa urutan lahir keluarga memainkan peran penting dalam perkembangan anak di kemudian hari. Posisi urutan kelahiran dapat mempengaruhi anak dalam mencari identitas dan perhatian orang lain (Erlina, 2008).

Stereotipe masyarakat yang mengharuskan anak sulung bersifat kuat, tidak lemah karena dia pemimpin sekaligus contoh bagi adik-adiknya, anak tengah yang memerankan 2 peran sebagai adik sekaligus kaka, dan anak bungsu yang diasosiasikan sebagai anak yang belum dewasa dan manja. Penilaian yang tidak seimbang seperti itulah yang menjadikan anak-anak merasa tertekan dengan peran yang dilabelkan berdasarkan urutan lahir mereka.

Tidak sedikit anak tengah yang merasa diabaikan atau dicap sebagai anak yang aneh oleh keluarganya, karena sifatnya yang pemberontak.

 "Anak tengah sering merasa tersisih karena ia bukan seorang kakak tertua ataupun adik termuda," kata terapis anak dan keluarga di New York, Meri Wallace, MSW.

Sifat dan kepribadian anak tengah sulit untuk dimengerti!

karena perannya sebagai adik sekaligus kakak, anak tengah umumnya lebih bahagia di lingkungan teman-temannya dibandingkan dengan lingkungan keluarganya.

Lalu bagaimana tingkat emosi anak tengah?
Apakah urutan lahir mempengaruhi emosinya?

Menurut Goleman (2000), kecerdasan emosional merupakan faktor penyumbang terbesar yakni sebesar 80%, dibandingkan dengan kecerdasan intelektual yang menyumbang 20% dari faktor keberhasilan seseorang.

Menurut Chaplin (1989) dalam Kamus Psikologi, emosi adalah kesadaran makhluk hidup dengan perubahan alam yang lebih dalam dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, perasaan (feelings) adalah pengalaman sadar yang diaktifkan oleh rangsangan eksternal dan berbagai keadaan fisik.

Sedangkan menurut Sudarsono (1993), emosi saat ini merupakan keadaan biologis yang kompleks, seperti terbangunnya emosi, disertai dengan perubahan organ tubuh. Hal ini pada dasarnya terkait dengan emosi yang kuat yang mengarah pada bentuk perilaku tertentu.

Ketika berbicara tentang emosi, orang dengan cepat berspekulasi bahwa orang tersebut sedang marah, tetapi marah adalah salah satu bentuk emosi.

Emosi yang dimiliki manusia ada macam-macam jenisnya, Daniel Goleman (1995) Dalam M. Ali dan M. Asrori (2008:62-63) mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut:

1.  Amarah, termasuk mengamuk, kesal, dan kebencian yang tidak wajar.
2. Kesedihan, termasuk pesimis, kesepian, mengasihani diri sendiri, dan depresi.
3. Rasa takut, termasuk kewaspadaan, kegelisahan, panik, dan ketakutan.
4. Kenikmatan, termasuk kegembiraan, kenyamanan, kekaguman, dan kebahagiaan.
5. Cinta, termasuk persahabatan, keluarga, pertemanan, kepercayaan, dan rasa hormat .
6. Terkejut, termasuk terengah-engah, kaget, dan terpana.
7. Jengkel, termasuk marah, tidak suka, dan benci.
8. Malu, termasuk penghinaan, rasa bersalah, menyesal, dan dendam di dalamnya.

Posisi anak tengah ada di antara yang tertua dan termuda.

 Anak tengah adalah anak bungsu dalam waktu singkat seperti, anak kedua, ketiga, dan seterusnya hingga adik terakhir sebelum si bungsu, posisi anak kedua atau tengah dinilai penuh dengan kecemburuan.

Alfred Adler (Feist & Feist, 2010) memiliki beberapa pandangan tentang anak kedua atau tengah berdasarkan sifat positif dan negatifnya. Ciri-ciri sifat positifnya adalah (1) motivasi yang tinggi, (2) kemampuan bekerjasama, (3) daya saing yang memadai. Sifat negatifnya adalah daya saing yang muncul tersebut bisa menjadi sangat tinggi dan mudah berkecil hati serta dalam hal emosi yang dirasakan dapat ia kendalikan, namun suatu saat dapat juga memuncak (Armitage, 2007).

Menurut penelitian dari Akbar, Shah, Khan, Akhter, dan Riaz (2011), terdapat perbedaan kecerdasan emosional berdasarkan urutan kelahiran loh!

 Dimana anak pertama memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dibandingkan dengan urutan kelahiran berikutnya. Wulaningrum dan Irdawati (2011) juga menemukan bahwa anak sulung cenderung memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi dan anak bungsu cenderung memiliki kecerdasan emosional yang kurang.

Anak tengah memiliki keterampilan  komunikasi dan negosiasi yang sangat baik dengan keluarga, saudara kandung, maupun orangtua. Hal ini karena anak tengah belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan oleh anak sulung.

Rata-rata "si anak tengah" menunjukkan bahwa mereka memiliki kecerdasan emosional yang cukup baik.  Anak tengah memiliki motivasi tinggi, mereka dapat menghangatkan suasana dengan menggerakkan dan membimbing seseorang dalam mencapai tujuannya. Anak tengah mampu bekerja sama dengan orang lain dan cermat membaca situasi, sehingga dalam komponen keterampilan sosial anak tengah cukup baik.

Sama seperti anak sulung dan anak bungsu, anak tengah juga memiliki keinginan untuk dimengerti oleh orangtua dan keluarganya, karena kurangnya perhatianlah yang membuat anak tengah cenderung mengutarakan emosinya dengan memberontak atau mencoba membahagiakan orang lain dengan harapan dirinya ikut bahagia. Anak tengah cenderung lebih memiliki empati, kemandirian, dan ketelitian di tengah rasa kesepiannya.


Dartar Pustaka:
http://etheses.uin-malang.ac.id/2609/6/06410028_Bab_2.pdf
http://eprints.ums.ac.id/6418/1/J210050055.pdf
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12442/1/T1_802010123_Full%20text.pdf 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun