Mohon tunggu...
Aisyah Shintawati
Aisyah Shintawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG PGSD UNS

Mendalami Bidang Ilmu Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi dan Perjalanan Pendidikan Nasional

22 Desember 2023   13:19 Diperbarui: 22 Desember 2023   14:10 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan telah menjadi fondasi utama bagi perkembangan suatu bangsa. Di setiap negara, sistem pendidikan nasional menggambarkan cerminan evolusi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakatnya. Dari titik tolak yang sederhana hingga perubahan yang kompleks, perjalanan pendidikan nasional telah menjadi inti bagi pembangunan dan kemajuan sebuah bangsa.

Pendidikan adalah jalur menuju kebahagiaan manusia guna mencapai keberlanjutan kesejahteraan. Kualitas pendidikan mencerminkan kemajuan masyarakat yang sejahtera dan damai. Pendidikan yang memberdayakan menjadi kunci kebahagiaan, yang memunculkan kreativitas dan inovasi pada siswa, guru, dan orang tua, serta berperan dalam mewujudkan Pendidikan Nasional (Bahar & Sundi, 2020).

Sejarah pendidikan telah berlangsung begitu panjang, sepanjang sejarah umat manusia itu sendiri, karena pendidikan dimulai sejak adanya manusia di dunia ini. Perjalanan pendidikan nasional Indonesia dimulai pada tahun 1854 sampai saat ini. Pada perjalanan pendidikan nasional Indonesia bercermin pada tokoh Ki Hajar Dewantara(Sunarso, 2007).

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa landasan pendidikan anak terhubung dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam mengacu pada sifat dan bentuk lingkungan di mana seorang anak hidup, sementara kodrat zaman berkaitan dengan substansi dan irama waktu yang ada(Zuriatin et al., 2021). Pendidikan memiliki peran yang sangat signifikan dalam membimbing anak menuju ke arah menjadi individu yang mandiri. Oleh karena itu, sebelum kita mulai mengajar individu, penting untuk memahami perkembangan sistem pendidikan yang telah terjadi di Indonesia. Perjalanan pendidikan nasional Indonesia dibagi menjadi menjadi dua yaitu pendidikan zaman colonial dan pendidikan setela kemerdekannya, berikut penjelasannya:

https://www.detik.com/
https://www.detik.com/

Pendidikan Zaman Kolonial

Pendidikan pada masa kolonial merupakan suatu periode di mana sistem pendidikan di suatu wilayah dikelola dan dikendalikan oleh pemerintah kolonial yang berkuasa. Pada masa ini, pendidikan di Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebijakan kolonial dari bangsa-bangsa seperti Belanda, Portugis, dan Inggris (Aisy & Hudaidah, 2021).

  • Perjalanan pendidikan zaman kolonial dimulai pada tahun 1854 beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik calon pegawai. Kemudian, lahirnya sekolah-sekolah Bumi Putera dan waktu itu hanya mempunyai 3 kelas saja. Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa pendidikan harus mampu memperkuat identitas budaya serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang diterapkan di Sekolah Bumiputera sangat berbeda dari sistem pendidikan kolonial yang ada pada masa itu. Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa anak-anak pribumi juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa kehilangan jati diri budaya mereka.
  • Sekolah Bumiputera menjadi tonggak penting dalam gerakan pendidikan nasionalis di Indonesia. Konsep pendidikan merdeka dan berlandaskan pada budaya lokal yang diperjuangkan oleh Ki Hadjar Dewantara telah memberikan inspirasi bagi perkembangan sistem pendidikan di Indonesia, terutama dalam mengakui pentingnya identitas budaya dan kemerdekaan dalam proses belajar mengajar. Pada waktu itu rakyat hanya diajari membaca, menulis, dan menghitung seperlunya.
  • Selanjutnya, pada 20 Mei 1908 lahirlah Organisasi Boedi Oetomo. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia melalui pendidikan yang lebih baik, memperkuat persatuan, serta memajukan budaya dan kesadaran nasional. Budi Utomo juga berupaya untuk membuka akses pendidikan tinggi bagi kaum pribumi yang pada masa itu cenderung terbatas.
  • Lalu, Pada tahun 1912, RA Kartini terus berjuang untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Kartini adalah tokoh yang berperan penting dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan bagi perempuan pada masa itu.
  • Setelah itu, tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran dan kemudian dilajutkan pada tahun 1922 lahir lah Taman siswa sebagai gerbang emas. Kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Organisasi Taman Siswa muncul karena ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda yang hanya memperbolehkan kelompok elit bersekolah. Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa untuk memberikan pendidikan merdeka kepada semua orang Indonesia. Organisasi ini berkembang dari Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi Sarjanawiyata. Meskipun diasingkan oleh Belanda, Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia pada 3 Juli 1922 dan mendirikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa, yang dikenal sebagai Organisasi Taman Siswa (Suastika et al., 2016). Prestasinya dalam dunia pendidikan tetap berpengaruh hingga hari ini

Pendidikan di Indonesia Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka, terbentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia dengan 52 anggota yang fokus mengevaluasi pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia menyarankan perubahan mendasar pada pendidikan, termasuk wajib sekolah selama minimal 10 tahun. Pemerintah menerima saran ini dan menciptakan sistem pendidikan baru dengan fokus pada mencetak generasi yang berkontribusi pada negara. Prinsip-prinsip pendidikan adalah demokrasi, kemerdekaan, dan keadilan sosial. Perubahan ini bertujuan menghilangkan pengaruh pendidikan Belanda dan memastikan budaya Indonesia terus diwariskan ke generasi berikutnya.

Pendidikan di Indonesia pada era Pendidikan Abad ke-21

Abad ke-21 menandai era revolusi industri 4.0 dan globalisasi. Di Indonesia, kita tengah mengalami era ini, yang lebih menekankan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, serta penguasaan teknologi dalam pembelajaran. Sebagai guru, adaptasi dengan teknologi penting untuk mengembangkan siswa agar siap menghadapi era ini.

REFLEKSI DIRI:

Ki Hajar Dewantara, dalam pidatonya saat menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956, menyatakan bahwa pendidikan adalah tempat penting untuk menanam benih kebudayaan dalam masyarakat, yang membentuk peradaban yang berakhlak mulia bagi generasi Indonesia.

Beliau juga menekankan bahwa pendidikan bukan hanya tentang kecerdasan pikiran, tetapi juga tentang pembangunan moral dan etika peserta didik, sesuai dengan tuntutan zaman.

Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa sistem penilaian yang terfokus pada intelektualitas dapat mengancam pelajar, sehingga proses pembelajaran seharusnya lebih mengedepankan nilai-nilai jujur, beretika, dan berkarakter, bukan sekadar mencari nilai tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun