Mohon tunggu...
Aisyah AziszahAmantri
Aisyah AziszahAmantri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya seorang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 1. Saya memiliki minat di bidang kecantikan. Saya sangat menyukai seekor kucing. Saya tipe orang yang lebih suka mengutarakan perasaan dan pikiran saya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengupas Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif Peserta Didik Kelas XI SMAN 11 Jakarta

16 Desember 2024   18:21 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obrolan kami berlanjut ke soal kemampuan menyelesaikan konflik. 

"Menurutku, penting banget buat nggak meledak-ledak waktu marah. Aku lebih milih ngomong baik-baik atau menenangkan diri dulu," kata Layla. "Kadang nggak mudah, tapi kalau kita fokus ke solusi, konflik lebih cepat selesai."  

Melihat Diri Secara Positif

Saya penasaran bagaimana Layla memandang dirinya sendiri ketika menghadapi kekurangan. 

Ia menjawab dengan bijak, "Aku selalu coba ingat kalau kekurangan itu wajar. Kalau aku nggak bisa sesuatu, ya aku belajar. Yang penting, aku nggak berhenti mencoba."  

Ketika Konsep Diri Negatif Muncul

  • Kurangnya Penghargaan: Layla mengaku pernah merasa kurang dihargai atas prestasinya. "Kadang aku nggak dapat pujian, tapi aku coba hargai diriku sendiri. Misalnya, aku traktir diri sendiri kalau berhasil ngerjain tugas susah."  
  • Kurang Percaya Diri: "Kalau lagi presentasi di depan kelas, aku suka nervous," katanya sambil tersenyum malu. "Penyebabnya karena aku takut salah ngomong. Tapi aku lagi belajar buat lebih percaya diri, salah satunya dengan latihan di rumah."
  • Menghadapi Kegagalan: "Bagaimana dengan kegagalan, seperti nilai buruk?" Layla menjawab jujur, "Pasti sedih, sih, apalagi kalau aku udah belajar keras. Tapi aku coba pikir kalau ini cuma satu langkah mundur, dan aku masih bisa memperbaikinya."  
  • Diterima atau Dikritik: "Kalau dapat kritik, kadang rasanya nggak enak," katanya. "Tapi aku pikir-pikir lagi, mungkin kritik itu bisa bantu aku lebih baik. Yang susah itu kalau kritiknya terasa nggak adil, aku suka jadi kepikiran lama."  
  • Hidup yang Dikendalikan Orang Lain: Layla juga berbagi soal kehidupannya yang sering diatur oleh keluarga. "Aku tahu mereka sayang, tapi kadang aku pengen lebih bebas buat ambil keputusan sendiri. Aku lagi coba ngobrol pelan-pelan biar mereka ngerti."  

    Kesimpulan:
    Percakapan dengan Layla mengajarkan saya satu hal penting yaitu memahami konsep diri adalah perjalanan yang penuh dengan tantangan, tetapi juga peluang untuk tumbuh. Dengan dukungan dari orang-orang terdekat dan keberanian untuk menerima diri sendiri, setiap orang bisa belajar mencintai dirinya apa adanya.

Selamat membaca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun