Mohon tunggu...
Aisyah AziszahAmantri
Aisyah AziszahAmantri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya seorang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester 1. Saya memiliki minat di bidang kecantikan. Saya sangat menyukai seekor kucing. Saya tipe orang yang lebih suka mengutarakan perasaan dan pikiran saya melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Book

Keberanian, Pesahabatan, dan Mimpi di Belitung: Novel "Laskar Pelangi"

16 Juli 2024   13:05 Diperbarui: 16 Juli 2024   13:07 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Novel "Laskar Pelangi'' karya Andrea Hirata merupakan karya sastra yang sangat populer di Indonesia. Diterbitkan pada tahun 2005, novel ini mencerminkan kehidupan di  pulau kecil Belitung di Indonesia dan mengeksplorasi tema-tema seperti pendidikan, persahabatan, dan perjuangan untuk mencapai impian.

Latar Belakang Sosial dan Budaya "Laskar Pelangi'' berlatarkan sebuah sekolah dasar di kota kecil pedalaman Ganton, Provinsi Belitung, yang berada jauh dari kota-kota besar. Novel ini menggambarkan situasi pendidikan di pelosok Indonesia, dimana anak-anak mempunyai keinginan belajar yang luar biasa meski dengan keterbatasan sarana dan prasarana. Hirata memperkenalkan karakter unik dan mendalam seperti Ikal, Lintang, Mahar, A Kiong, Syahdan, serta Sahara yang mewakili latar belakang sosial yang berbeda dan mempunyai impian mereka masing-masing. 

Novel ini juga menggambarkan kenyataan sosial yang keras yang mempengaruhi masa depan anak-anak, seperti kemiskinan, tantangan ekonomi, dan terbatasnya akses terhadap pendidikan. Hirata mengangkat tema-tema seperti pengentasan kemiskinan, pentingnya pendidikan sebagai kunci mencapai impian, dan semangat persatuan dalam mengatasi rintangan. 

Pengembangan Karakter utama "Laskar Pelangi'' adalah pengembangan karakternya yang mendalam dan kompleks. Meski karakter dalam "Laskar Pelangi" memiliki latar belakang dan impian yang berbeda, namun mereka saling mendukung dan menguatkan untuk mengatasi kesulitan.

Ikal, sebagai karakter utama, digambarkan sebagai anak yang cerdas dan antusias yang tetap menempuh pendidikan meski sumber daya di sekitarnya terbatas. Sahabat setianya, Lintang, memiliki kepribadian kreatif dan imajinasi yang hebat, sedangkan Mahar keras kepala dan pekerja keras serta bercita-cita menjadi seorang guru meski memiliki keterbatasan finansial. Persahabatan dalam cerita ini mencerminkan keberagaman masyarakat Indonesia, serta persatuan antar kelompok membantu dalam mengatasi kesulitan dan bergerak maju dalam mewujudkan impian.

Penulis menggambarkan konflik internal dan eksternal yang dihadapi masing-masing karakter, membuat pembaca merasakan konflik secara mendalam. Melawan tantangan pendidikan merupakan tema utama dalam novel "Laskar Pelangi", diangkat sebagai kunci untuk mengubah takdir dan mencapai harapan dalam keterbatasan. 

Dipimpin oleh kepala sekolah yang ulet dan berdedikasi, Park Harfan, Sekolah Muhammadiyah Gangtong menjadi tempat terbangunnya cita-cita anak-anak Belitung dan diberi ruang untuk tumbuh.

Melalui perjuangan yang sulit tersebut, "Laskar Pelangi" tidak hanya menceritakan kisah individu, namun juga menunjukkan semangat untuk memperbaiki masa depan melalui pendidikan. Pesan tentang pentingnya pendidikan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia, khususnya di daerah terpencil, merupakan kritik sosial yang tersirat dalam novel ini. 

Hirata dengan jelas menunjukkan betapa kurangnya dukungan pemerintah yang dapat menghambat potensi anak-anak Belitung. Namun dengan semangat dan perjuangan mereka, mereka bisa mencapai impian mereka.

Gaya bahasa dalam novel "Laskar Pelangi" sangat khas, menggunakan bahasa yang langsung dan deskriptif untuk menggambarkan kehidupan Belitung dan karakternya yang hidup. Dialog antar tokoh ditulis secara natural sehingga menciptakan suasana yang menarik bagi pembacanya. Hirata juga menggunakan humor untuk menggambarkan kisah sehari-hari. Penggunaan sudut pandang orang pertama, Ikal, memberikan pendekatan unik yang memungkinkan pembaca merasakan keunikan pengalaman hidupnya.

Selamat membaca!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun