Aku tak tau lagi apa yang terjadi dengan rembulan
Aku tak peduli lagi dengan apa yang terjadi pada angin yang berhenti
Aku terpuruk pada dunia imajiku sendiri
Aku terlalu menggila dengan otakku yang serumit mesin penjepit
Entah
Pikiranku terlalu kumuh
Rusuh dengan sampah berbalur keruh
Hatiku kacau, morat marit bahkan tercecer entah di mana
Persis seperti telecek kotaran jalanan
Becek, kumuh, tak ada pantasnya untuk disandang
Aku kehilangan arah
Otakku mengaduh
Hatiku merintih pada Tuhan
Bertanya tentang kebesaran, Di mankah Engkau?
JIka aku tanpa sebuah kain putih akan kehilangan jiwaku
Kenapa kau tega merahasiakannya dariku
Sedang jiwaku adalah Engkau,
Inginkah engkau jauh dariku, yang padahal engkau lebih dekat daripada urat leherku
Atau aku yang mulai goyah, hingga Engkau menegurku
Serasa Engkau lebih tahu dari aku sendiri
Terimakasih, karena yang kau ajarkan padaku akan membuka perasaan baru
Senin pagi 01.41
Sarang, 14 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H