Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulislah, atau sejarahmu akan hilang termakan zaman.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Harga Sebuah Angka

26 Maret 2021   11:00 Diperbarui: 26 Maret 2021   11:02 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapor, KHS,  Ijazah, SKHU, IPK, semuanya melulu perihal angka. Seakan sukses dan tidaknya seseoerang dihitung dari angka diujung ujiannya. Keberhasilan seseorang tidak memerlukan sebuah hitungan, proses akan menjamin semuanya karena Tuhan punya cara indah untuk mengabulkan tiap langitan doa dari hambanya.

Kualitas tak pernah terjamin sekedar dari lembaran-lembaran berisi angka. Bukankah penilaian pada rapor di sekolahmu, IpK diujung kertas KHS mu hanya sebuah angka subjektif dari penilaian beberapa orang yang juga subektif dalam memeberi angka.

Bukannya aku bilang tak penting, hanya saja jangan jadikan kuantitas (Angka) sebagai patokan. Kamu tidak mendapat jaminan sukses dengan IPK diatas rata-rata bahkan saat sempurna. Kau tak mendapat jaminan diterima diuniversitas ternama hanya karena semua nilai rapormu sempurna dan menjadi bintang sekolah misalnya. Aku sudah mengalaminya. Hidupmu akan terus berputar seputar angka dan usaha yang harus kau halalkan demi angka. Cobalah buka matamu, mungkin kau akan sukses dengan angka yang kau raih, tak apa. Tapi jangan lupa ada banyak hal yang tak bisa diukur hanya dari sebuah angka.

Bayangkan seorang anak yang selalu bangun pagi, membantu ibunya didapur, siangnya membantu ibunya berdagang bahkan disekolah pun membawa beberapa gorengan, bukan untuk dimakan, salah sangka jika itu jadi bekal. Ia menjajakannya keteman-teman sebagai bentuk pengabdian. Sepulang sekolah ia akan mencuci piring, membersihkan seisi rumah, dan begitu seterusnya.

Bayangkan seorang mahasiswa, Dikota besar yang jauh dari rumah orang tua. Pontang-panting memikirkan bayaran UKT yang hampir mencapai batas waktunya. Bulan yang masih panjang dan uang saku menipis. Bukan karena ia sering jalan dan foya-foya bersama temannya. Ia hanya menjajakan uangnya untuk kebutuhan sehari-hari, membelikan barang untuk membuat beberapa suvenir hand made yang tak semudah membalikkan tangan untuk menjualnya. Ingin meminta tapi malu kepalang, memikirkan adik-adiknya yang masih butuh banyak biaya.

Dan sayangnya seorang siswa dan mahasiswa itu hanya murid biasa yang berada diambang rata-rata. Tak pintar dan nilai mereka pun biasa. Bisa masuk peringkat setengah dari jumlah kelas, itu adalah hal yang sangat luar biasa.

Lalu kamu masih berpikir, kesusksesan hanya dinilai dari sebuah angka? Lalu bagaimana dengan mereka yang berjuang mati-matian membagi waktu mereka dengan banyak hal yang harus mereka kerjakan? Meskipun angka akan jadi hal yang dapat dibanggakan, tapi kita tak bisa memaksakan otak seseorang. Bukankah pengalaman adalah guru yang paling berharga.

Angka memang akan membahagiakan orang-orang tersayangmu, kamu akan dapat sanjungan dari hasil pencapaianmu. Tapi, bukankah kebaikan lebih baih ketika kamu memberi dengan tangan kanan tanpa tahu tangan kirimu?. Renungkan saja apa yang telah kamu lakukan. Jangan hanya mengejar angka yang membuatmu menghalalkan semua cara. Kamu harus tahu betapa bangganya kamu nanti di surga, ketika Tuhanmu berkata pada orang tuamu, engkau adalah anak yang hebat meski angka yang kau dapat didunia tak banyak. Kamu hebat karena mampu menyelesaikan masalahmu sendiri tanpa menceritakannya pada orang tua yang akan menambah beban pikiran mereka, itu sudah tanda bahwa engkau sangat menyayagi mereka. Kau berjuang sendiri dengan kemampuanmu, bekerja paruh waktu, menjual karya-karya hand made yang bisa kamu buat, berdagang online. Semua hal itu memang tidak bisa dibanggakan didunia. Tapi, Tuhan berjanji sekecil apapun kau berbuat kebaikan maka itu akan mendapat balasan dari-Nya. Niatkan saja sebagai bagian dari membantu orang tua dan menyayangi dirimu sendiri.

Semoga sukses, jika tidak di dunia, mungkin di akhirah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun