Anak muda tak boleh melupakan sejarah. Hal ini tentu menjadi keprihatinan golongan veteran, khususnya warga Surabaya yang menjunjung tinggi gelar nama Kota Pahlawan.
Oleh karena itu, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) berkolaborasi dengan Komunitas Begandring Soerabaia, Komunitas Roode Brug Soerabaia, Komunitas Fotografi Surabaya, dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB UNAIR) mengadakan suatu Parade Oud Soerabaja pada 3-19 September 2022.
Acara yang mempersembahkan pameran foto Surabaya tempo dulu dan ragam kesenian di Balai Pemuda maupun Jl. Tunjungan ini menarik hati para pengunjung.
Dalam pameran ini, pengunjung dibuat manja oleh ragam 100 foto yang berukuran besar yakni, 60 cm x 50 cm. Dengan begitu mereka dapat secara detail melihat kondisi kota Surabaya tempo dulu. Karya foto tersebut umumnya dikumpulkan melalui koleksi KITLV dan sumber lainnya.
Selain foto dokumen, pameran ini juga menyajikan foto dari hasil jepretan fotografer yang mengikuti ajang program “Foto Walk” pada Sabtu (27/8/2022) lalu. Objek-objek heritage di Kawasan kota lama yang terbingkai diantara foto-foto dokumen, seakan memberikan kesan lintas waktu yang mendalam.
Melalui foto tersebut, pengunjung seolah ditarik masuk dalam bingkai, untuk merasakan nuansa kota Surabaya kala itu. Seperti pengalaman Takarobredo, siswa dari SMAN 5 Surabaya yang juga sepakat bahwa anak muda tidak boleh melupakan sejarah. Ia beserta keluarganya secara kebetulan mengunjungi pameran tersebut dan tertarik untuk melihat foto-foto sejarah.
“Gambar-gambar sejarah ini memberikan saya sebuah pengetahuan. Menurut saya, itu sangat bermakna karena dapat mengenang perjuangan dari rakyat Indonesia, juga sejarah-sejarah tentang Surabaya di masa lalu, bagaimana cara orang itu hidup, dan bagaimana suasananya (dahulu),”
Selain pameran foto, parade ini juga menampilkan 10 peta Surabaya dari tahun 1677 hingga 1940-an. Pengunjung yang merasa sulit membaca peta tak perlu cemas, sebab peta tersebut berisi keterangan yang mudah dipahami. Seperti nama jalan, gedung, hingga fasilitas publik lainnya.
Sejumlah produk dari lintas masa juga dipajang secara epik di pameran. Misalnya transportasi sepeda, vespa, jasa kereta api, kapal api, ornament lampu, tembakau, minyak goreng, kamera model tua, dll.
“Pameran ini benteng kita, benteng untuk mempertahankan ingatan publik bahwa kita pernah seperti ini, cek gak lali (red. biar tidak lupa),” ujar Nanang Purwono selaku Koordinator Komunitas Begandring Soerabaia pada Jumat (02/9/2022).
Berbeda dengan arek-arek Surabaya tempo dulu, yang berusaha mempertahankan kedaulatan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Nanang berpendapat bahwa tantangan di era sekarang semakin banyak, khususnya tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai budaya.
“Jadi kegiatan-kegiatan kebudayaan ini itu adalah perlindungan terhadap nilai-nilai, jadi yang kita lindungi bukan perlindungan fisik semata tapi nilai-nilai peradaban. Kalau nilai-nilai ini hilang kena penetrasi budaya lain, ya bangsa bisa runtuh,” jelas Nanang yang juga merupakan pegiat sejarah.
Eri Cahyadi selaku Wali Kota Surabaya yang turut membuka acara ini sekaligus menyambangi pameran sore tadi, menyampaikan harapannya agar kegiatan ini menjadi pengingat bagi warga untuk menenang sejarah Kota Surabaya.
“Saya berharap acara sore hari ini bisa memberi keindahan bagi warga kota Surabaya, bisa memberikan warna kota Surabaya, bahwa Surabaya tidak pernah melupakan budayanya. Bahwa Surabaya tidak pernah melupakan seninya, dan yang terpenting bagi warga yang baik, adalah tidak pernah lupa terhadap sejarahnya,” pungkasnya dalam sambutan acara pada Sabtu (3/9/2022) sore tadi di Balai Pemuda.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H