Mohon tunggu...
Aisya Fazilatunnisa
Aisya Fazilatunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka makan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

BDS (Boycott, Divestment, Sanction) sebagai Gerakan Boikot, Apakah Berpengaruh?

13 Juni 2024   23:47 Diperbarui: 13 Juni 2024   23:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baru-baru ini dunia internet dihebohkan oleh adanya gerakan boikot sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina yang tengah dihantui oleh genosida. Boikot sendiri memiliki makna berupa gerakan dimana adanya penolakan dalam melakukan kegiatan jual-beli atau transaksi. hal ini memiliki artian yang berbeda dengan pemogokan, dimana pemogokan sendiri merupakan aksi dalam bentuk pemberhentian atau penolakan untuk bekerja. Berdasarkan kalimat pembuka tadi, warganet mulai "melek" dengan isu-isu yang terjadi di Palestina dan mulai peduli dengan upaya dan cara untuk membantu rakyat Palestina yang mana salahsatunya berupa gerakan boikot BDS.

            Gerakan BDS mulai berdiri pada tahun 2005, tepatnya di bulan Juli. Gerakan ini diprakarsai oleh 170 masyarakat sipil yang berasal dari Palestina dan tersebar di penjuru dunia. Dengan berdirinya gerakan ini, diharakan dapat menekan pergerakan genosida yang dilakukan oleh Israel. Gerakan BDS ini mesti dilalui secara bertahap berdasarkan namanya sendiri. Untuk mencapai tahap divestasi, kita mesti membutuhkan orang yang banyak dalam tahap pemboikotan. Begitu pula dengan seterusnya hingga mencapai target akhir dari gerakan ini, yaitu sanksi. Gerakan ini juga telah memperoleh Nobel Peace Prize dalam upayanya untuk memperlemah pelaku genosida. Berdasarkan Husam Zomlot, delegasi PLO terhadap Amerika Serikat, berdirinya BDS dilandaskan oleh tiga poin utama berupa :

  • Musyawarah dan berakhirnya kependudukan ini
  • Kembalinya pengungsi ke tempat tinggal mereka dan mata pencaharian mereka
  • Pengakhiran dari apartheid, segregasi, dan diskriminasi terhadap rakyat Palestina baik di dalam Israel maupun di luarnya

            Dari pengaruhnya, gerakan boikot ini mungkin tidak akan berpengaruh secara signifikan. Namun berhasil secara progresif dimana gerakan ini mengakibatkan banyak perusahaan "angkat kaki" dari Israel dan beberapa negara memutuskan untuk melepas hubungan dengan Israel. Gerakan BDS ini juga mendapat perhatian di Norwegia dan mendapat bantuan berupa bantuan dana negara, hal ini menjadikan gerakan BDS sebagai multi-proyek yang amat besar. Dalam aspek politik, BDS berhasil dalam membantu dunia membuka mata karena gerakan ini berhasil dalam mengisolasi apartheid Israel. Gerakan ini juga berdampak dalam menurunkan reputasi Israel. Sebagai salahsatu contoh, label sepatu olahraga yang kita tahu yang bernama Puma, mengakhiri sponsornya dengan liga sepak bola Israel. Yang mana kejadian ini merupakan sebuah "kemenangan" bagi gerakan BDS itu sendiri. Gerakan BDS ini tidak hanya memboikot perusahaan-perusahaan yang terafiliasi langsung dalam pendanaan genosida Israel, namun juga dengan perusahaan-perusahaan yang secara halus "mendukung" Israel melalui endorsement terhadap instansi di Israel seperti IDF dan sebagainya. Di Indonesia sendiri, karena maraknya seruan untuk boikot, beberapa saham perusahaan besar yang terafiliasi dengan Israel mengalami penurunan, contohnya Unilever, McDonald's, dan sebagainya. Israel bisa saja rugi sebanyak 11,5 milliar dollar per tahunnya. Namun gerakan BDS yang dilakukan mesti dalam skala yang besar dan memuncak. Dengan demikian, gerakan BDS ini memiliki dampak yang tidak signifikan namun progresif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun