Mohon tunggu...
Aisya Fatiha
Aisya Fatiha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just start writing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesetaraan Gender untuk Pendidikan Berkualitas: Mahasiswa UNISMA Dorong Kesetaraan Gender Melalui Gallery Walk

1 Oktober 2024   05:01 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:54 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang, 26 September 2024 - Mahasiswa PPG Prajabatan UNISMA kelas A prodi Bahasa Inggris sukses menggelar Gallery Walk – strategi pembelajaran melalui ajang pameran, bertema "Sustainable Development Goals: Quality Education ". Acara yang digelar di ruang kelas H4-02 Gedung Pascasarjana UNISMA ini menjadi bukti nyata komitmen para calon guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai SDGs dalam proses pembelajaran.

Dalam Gallery Walk ini, mahasiswa menampilkan berbagai karya kreatif dalam bentuk poster dan infografis yang mencerminkan pemahaman mereka terhadap 7 target dan indikator dari poin ke-4 Sustainable Development Goals yaitu Quality Education atau Pendidikan Berkualitas. Setiap karya mengusung tema Quality Education yang berbeda, seperti “Bebas Akses Untuk Pendidikan Dasar dan Menengah”, “Akses yang Setara Terhadap Pendidikan Pra-Sekolah Dasar yang Berkualitas”, “Pentingnya Akses Setara pada Pendidikan Teknik, Kejuruan, dan Pendidikan Tinggi yang Terjangkau”, “Menghilangkan Segala Bentuk Diskriminasi dalam Pendidikan”, “Meningkatkan Jumlah SDM dengan Keterampilan yang Relevan untuk Kesuksesan Finansial”, “Quality Education”, serta “Pendidikan dalam Pembangunan Berkelanjutan dan Kewarganegaraan Global”. Setiap kelompok terdiri atas seorang host – yang bertugas memberikan penjelasan atas bahasan pada infografis kepada visitor

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dalam salah satu diskusi yang terjalin antara host dan visitor di bagian infografis kelompok 7 dengan tema “Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Kewarganegaraan Global”, tercetus pertanyaan menarik: “Sejauh mana kesetaraan gender dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia telah terwujud?”. Pertanyaan ini membawa kami pada refleksi salah satu indikator penting dalam pembahasan pendidikan dalam pembangunan berkelanjutan dan kewarganegaraan global, yaitu pendidikan berkelanjutan yang menekankan hak asasi dan kesetaraan gender dalam kurikulum, pendidikan guru, dan penilaian siswa.  

Pemerintah Indonesia telah merumuskan pentingnya kesetaraan gender dalam ranah pendidikan. Melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan Nasional, pemerintah menekankan pentingnya mengintegrasikan perspektif gender ke dalam semua aspek pembangunan, termasuk pendidikan.  PUG bertujuan untuk memastikan bahwa kebijakan dan program pendidikan tidak diskriminatif dan memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki. Salah satu perwujudannya ada pada inklusi gender yang memasukkan nilai-nilai kesetaraan gender dalam materi ajar.

Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa masih terdapat diskriminasi dan bias gender terhadap perempuan dalam materi ajar yang digunakan di sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam buku ajar Bahasa Indonesia Kelas X K13 Revisi 2017, terdapat implikasi penempatan perempuan di bawah laki-laki, ketiadaan hak perempuan dalam pengambilan keputusan, serta stereotip yang menggambarkan perempuan sebagai individu yang lemah, irasional, emosional, dan banyak ditampilkan dalam ranah domestik (Ulfah, Idawati, dan Sultan:2019). Kemudian dalam buku ajar Bahasa Arab kelas VII edisi 2020, ditemukan beberapa bias gender di antaranya dari segi peran, kerja, nilai sifat, status sosial, dan kegemaran (Kholiza dan Fadhilah: 2021). Pada buku ajar Bahasa Inggris kelas X baru ditemukan materi yang dianggap berhasil menggambarakan peran gender secara adil dan tidak mencerminkan praktik seksis (Maufiroh dan Lukmana: 2020).

Melihat kondisi tersebut, penting bagi semua pihak, terutama pendidik, untuk terus berupaya menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Pelatihan bagi guru mengenai kesetaraan gender dan penerapan kurikulum yang sensitif gender harus menjadi prioritas. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat juga diperlukan untuk memastikan bahwa semua siswa, tanpa memandang gender, memiliki akses yang setara terhadap pendidikan berkualitas.

Dengan demikian, acara Gallery Walk ini bukan hanya sebagai ajang pameran karya, tetapi juga sebagai langkah awal dalam menyebarluaskan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dalam pendidikan. Harapannya, melalui inisiatif ini, para calon guru dapat lebih peka terhadap isu-isu gender dan berkontribusi dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih adil dan berkelanjutan di Indonesia.

Referensi:

Maufiroh, Indah dan Iwa Lukmana. 2020. Gender Representation in the Tenth EFL Textbook in Indonesian Senior High School: Systemic Functional Linguistic. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun