Geliat sang fajar menyingkapkan tabir malam.
Diiringi gemerisiknya senandung angin pagi.
Yang membawaku ke geliat riangnya pagi.
Untuk menyongsong riuhnya pelukan duniawi.
Kutatap jingga yang nampak di kaki langit asa.
Indah dan tak menyilaukan mata.
Seakan menyetujui riaknya dunia.
Yang senantiasa ramai oleh ocehan manusia.
Kulangkahkan kakiku menembus arus yang melalu.
Menapaki arah yang kamu lalui tanpa jemu.
Sekedar ingin menepi bersama bayanganmu.
Yang larut bersama iringan konser masa itu..
Aku larut bersamanya.
Tapi bayanganmu tak pernah kutemu.
Kutanya tentangmu,
jawabnya semua tak tahu.
Sampai konser itupun berlalu.
Kuterheyak sejenak...
Kuraih angan yang tergantung dalam riak.
Kutapaki kaki dengan langkah membisu.
Sekedar untuk memastikanmu.
Bahwa aku sudah tidak bermimpi
dan mampu berdiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI