Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sesuatu di Seninku

24 Agustus 2020   13:30 Diperbarui: 24 Agustus 2020   13:36 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini hari Senin , seperti biasa , berangkat pagi ke sekolah untuk membimbing siswa yang secara bergantian mengambil dan menyetorkan tugas mata pelajaran. 

Sekolah kami memang menganut belajar jarak jauh system daring kombinasi. Hal ini disebabkan karena beragamnya kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh orang tua siswa. 

Lebih dari setengah siswa tidak memiliki gadget yang bisa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu atas kesepakatan semua pihak jadilah kami mengadut system daring kombinasi tersebut.

Tak terasa hari menjelang siang saat mendapat wapri yang menanyakan link yang saya kirim saat mengirimkan artikel di blog. Beliau menanyakan nama link saya dan saya menjawab seadanya tanpa pikiran apapun. 

Saya memang beberapa hari ke belakang tepatnya saat mendekati peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke-75 mengikuti lomba menulis artikel tentang pembelajaran di era pandemi ini.

Saya tidak punya pikiran lain, mungkin beliau hanya ingin ngecek saja. Beberapa saat kemudian beliau mengabarkan bahwa link saya masuk sepuluh besar. 

Huft tak terbayangkan sebelumnya. Sambil kaget saya bertanya lagi dan beliau langsung mengirimkan daftar nama yang masuk sepuluh besar. Kalau anak kecil mungkin saya sudah teriak-teriak bahagia karena saya memang tidak pernah menyangka. Saya tidak berharap banyak karena artikel yang ditulis teman-teman saya sungguh bagus dan keren. Setelah saya berterima kasih atas informasi yang diberikan beliau saya jadi terharu.

Mungkin bagi sebagian besar teman-teman kenapa saya seterharu itu? Jujur saya sampaikan bahwa saya menulis itu kalau boleh dikatakan agak terlambat karena mulai menulis saat usia sudah menjelang Lolita ( lolos lima puluh tahun). 

Tetapi saya tetap berusaha untuk belajar menulis dengan perlahan tentunya. Kalau orang lain belajar menulis itu ibarat berlari, maka saya belajar menulis itu seperti semut berjalan. Saya berpikir tidak ada salahnya saya terus belajar walau angka sudah tak muda lagi.

Itulah sebabnya perasaan saya jadi mengharu biru, ternyata emak-emak juga juga bisa belajar walau sering tertatih dan harus berulang-ulang. Tetapi saya tidak berkecil hati dan tidak malu untuk bertanya kepada orang yang lebih tahu terutama mentor saya, Om Jay. 

Prinsip saya nggak apa-apa belajar telat usia yang penting ada keinginan untuk bisa. Nggak apa-apa belajar perlahan yang penting ada sesuatu yang saya dapatkan.

Jadi dalam hal belajar apapun jangan mengenal masa karena masa bisa fana sedangkan karya kita tak akan binasa kadaluarsa. Semangatlah dalam belajar apapun, kapanpun, dan dimanapun, dan bertanyalah pada siapapun. Salam Literasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun