Pagi-pagi Otong sudah mandi pakai baju dan nyisir rapi. Setelah sarapan dia pamit pada ibunya mau pergi ke lapang dekat pos ronda. Dia senyum-senyum sendiri sambil tangannya dimasukin ke saku celananya. Sudah terbayang dia nanti pulang akan membawa bingkisan.
Sampai di lapang, Otong tertegun melihat lapang sepi. Tidak ada tiang untuk panjat pinang, tidak ada tambang dibentang, bahkan tak Nampak pula teman-temannya. Dia berpikir sejenak tetapi kembali tersenyum mungkin teman-temannya masih mandi atau sarapan. Lalu Otong duduk di depan pos ronda. Sampai pukul 08.00 tak Nampak orang yang datang ke lapang, bahkan sampai matahari mulai agak terik pun lapang masih sepi. Otong bingung dan dahinya berkerut. Dan Otong pun tertidur di pos ronda.
Kumandang adzan duhur terdengar di masjid dan Otong berlari mau mengambil air wudu dan solat. Di masjid dia bertemu Fikri dan menanyakan kenapa tidak pergi ke lapang.Â
Lalu Fikri menceritakan bahwa tahun ini tidak ada lomba-lomba Agustusan karena adanya wabah Covid. Intruksinya tidak boleh ada yang ngumpul-ngumpul dan ramai-ramai. Otong terduduk mendengarkan cerita Fikri. Dia lemas karena tidak jadi mau ngasih bingkisan buat ibunya yang hari ini ulang tahun. Maafkan Otong mak... ucapnya perlahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H