Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Transformasi Pengelenggaraan Haji melalui Optimalisasi Masa Tinggal, Bandara dan Maskapai

22 Januari 2025   20:48 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:48 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.oposisicerdas.com/2025/01/tok-indonesia-dapat-kuota-221-ribu.html

Penambahan Maskapai Penerbangan

Saat ini, penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia didominasi oleh dua maskapai utama, yaitu Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines. Namun, untuk mendukung efisiensi lebih lanjut, pemerintah dapat melibatkan maskapai lain, seperti: Citilink, Lion Air, AirAsia, Batik Air, serta maskapai regional dari negara-negara ASEAN.

Penambahan maskapai ini akan meningkatkan kompetisi, menekan biaya tiket, dan memberikan fleksibilitas jadwal penerbangan bagi jamaah. Selain itu, penambahan maskapai juga akan membantu mengurangi ketergantungan pada dua maskapai utama, sehingga risiko operasional dapat diminimalkan.

Kalkulasi Efisiensi Secara Agregat 

Langkah-langkah yang direncanakan, yaitu pengurangan masa tinggal, penambahan bandara, dan pelibatan maskapai baru, memberikan dampak efisiensi yang signifikan. Berdasarkan analisis awal:

Pengurangan Masa Tinggal: Dengan mengurangi masa tinggal jamaah dari 40 hari menjadi 30 hari, biaya akomodasi dan konsumsi dapat dihemat hingga 25%. Hal ini mencakup pengurangan sewa hotel dan pengeluaran terkait lainnya.

Penambahan Bandara Alternatif: Pemanfaatan bandara seperti Taif, Abha, dan Riyadh mengurangi kepadatan di Jeddah dan Madinah. Selain itu, biaya transportasi darat dapat ditekan hingga 15% karena rute yang lebih singkat dan efisien.

Penambahan Maskapai: Kompetisi antara maskapai baru akan memberikan opsi tarif penerbangan yang lebih rendah, dengan potensi penghematan hingga 20%. Fleksibilitas jadwal juga mengurangi beban logistik.

Secara agregat, kombinasi dari tiga langkah ini diproyeksikan dapat menghasilkan efisiensi total hingga 40-50% dari keseluruhan biaya operasional haji. Sebagai ilustrasi, jika biaya rata-rata haji yang disetor jamaah mencapai Rp55,43 juta per jamaah, efisiensi ini dapat mengurangi hingga Rp27 juta, memberikan keringanan biaya yang signifikan bagi jamaah.

Selain dampak finansial, langkah-langkah ini juga berkontribusi pada pengalaman haji yang lebih nyaman, waktu tunggu yang lebih singkat, dan pengurangan beban administratif bagi pemerintah. Untuk memastikan keberlanjutan efisiensi ini, diperlukan evaluasi berkala, peningkatan kerja sama dengan Arab Saudi, dan pengelolaan logistik yang lebih terintegrasi.

Tantangan dan Solusi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun