Bergabungnya Indonesia ke dalam Blok Ekonomi BRICS dan Dinamika Pemerintahan Presiden Donald Trump Mendatang
Indonesia secara resmi bergabung dengan blok ekonomi BRICS (Brazil, Russia, India, China, dan South Africa), sebuah langkah strategis yang mencerminkan ambisi negara ini untuk memperkuat posisinya dalam tatanan ekonomi global. Langkah ini tidak hanya menjadi penanda penting dalam sejarah kebijakan luar negeri Indonesia, tetapi juga mencerminkan upaya negara ini untuk merespons perubahan dinamika geopolitik yang semakin multipolar. Keputusan ini muncul di tengah meningkatnya rivalitas antara kekuatan-kekuatan besar dunia dan kebutuhan untuk menciptakan keseimbangan baru dalam tata kelola ekonomi internasional.
Bergabung dengan BRICS memberikan Indonesia peluang untuk berkontribusi dalam pembentukan arsitektur ekonomi global yang lebih inklusif dan adil, terutama bagi negara-negara berkembang. Dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam blok ini. Namun, langkah ini juga membawa tantangan tersendiri, khususnya dalam mengelola hubungan dengan negara-negara Barat yang mungkin memandang BRICS sebagai saingan geopolitik.
Langkah ini menjadi semakin relevan jika dikaitkan dengan potensi kebijakan pemerintahan Presiden Donald Trump yang akan kembali menjabat pada periode mendatang. Trump dikenal dengan pendekatan ekonomi proteksionisnya, yang berfokus pada kepentingan nasional Amerika Serikat melalui slogan "America First." Dalam konteks ini, keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS dapat dilihat sebagai strategi untuk memperkuat daya tahan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh rivalitas kekuatan besar.
BRICS sebagai Alternatif Tata Kelola Ekonomi Global
BRICS menjadi daya tarik bagi negara-negara berkembang karena visi dan misinya yang menawarkan alternatif dari dominasi Barat, khususnya dalam lembaga-lembaga keuangan seperti IMF dan Bank Dunia. Blok ini berupaya menciptakan sistem keuangan global yang lebih inklusif, memberikan peluang bagi negara-negara anggotanya untuk mendapatkan pembiayaan tanpa persyaratan ketat yang sering kali diberlakukan oleh lembaga-lembaga keuangan internasional yang berbasis di Barat.
Salah satu keunggulan utama BRICS adalah keberadaan New Development Bank (NDB), yang dirancang untuk mendanai proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di negara-negara anggotanya. NDB menawarkan alternatif pembiayaan yang kompetitif dengan syarat yang lebih fleksibel dibandingkan dengan institusi seperti IMF dan Bank Dunia. Bagi Indonesia, ini berarti peluang untuk mendapatkan pembiayaan bagi proyek-proyek strategis, seperti pembangunan infrastruktur transportasi, energi terbarukan, dan teknologi digital, tanpa harus menghadapi tekanan politik atau ekonomi dari negara-negara donor besar.
BRICS juga berperan penting dalam mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan internasional antar anggotanya. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang mendominasi sistem keuangan global, sekaligus meningkatkan stabilitas ekonomi domestik negara-negara anggota. Indonesia, melalui keanggotaan di BRICS, memiliki peluang untuk memperkuat posisi rupiah sebagai salah satu alat transaksi di pasar internasional, terutama di kawasan Asia-Pasifik.
Selain itu, BRICS memiliki potensi untuk menjadi forum strategis dalam menyuarakan isu-isu global yang relevan bagi negara berkembang. Masalah perubahan iklim, ketahanan pangan, dan akses ke energi terbarukan adalah beberapa topik utama yang sering dibahas dalam forum BRICS. Indonesia dapat menggunakan platform ini untuk memperjuangkan kepentingannya, seperti mendukung kebijakan global yang lebih adil terhadap produsen komoditas agrikultur dan energi, serta mendorong transfer teknologi dari negara-negara maju ke negara berkembang.
BRICS juga menawarkan peluang untuk membangun kemitraan strategis yang mendalam antara negara-negara anggotanya. Contohnya adalah inisiatif kerjasama teknologi dan inovasi yang dapat mendukung transformasi digital di negara-negara anggota. Bagi Indonesia, kerja sama ini dapat membantu dalam mempercepat pengembangan ekosistem digital nasional, mendukung program ekonomi berbasis teknologi, serta meningkatkan daya saing UMKM melalui integrasi teknologi.
Namun, efektivitas BRICS dalam menciptakan tata kelola ekonomi global yang baru tidak terlepas dari sejumlah tantangan. Perbedaan prioritas nasional di antara anggota BRICS, seperti rivalitas antara India dan China, dapat menjadi penghalang dalam mencapai konsensus. Selain itu, ketergantungan pada ekonomi besar seperti China dalam blok ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang ketidakseimbangan kekuatan dalam pengambilan keputusan. Indonesia harus memainkan diplomasi yang cermat untuk memastikan bahwa kepentingan nasionalnya tidak terpinggirkan dalam forum ini.
Dalam jangka panjang, keberhasilan BRICS sebagai alternatif tata kelola ekonomi global akan sangat tergantung pada kemampuan blok ini untuk menciptakan institusi yang lebih efektif, memperkuat solidaritas di antara anggota, dan menghasilkan manfaat nyata bagi negara-negara berkembang. Bagi Indonesia, keanggotaan di BRICS adalah peluang strategis yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat kedaulatan ekonomi, meningkatkan daya saing global, dan berkontribusi pada terciptanya tatanan ekonomi dunia yang lebih adil.
Potensi Ekspor Indonesia ke Pasar BRICS dan Amerika Serikat
Bergabung dengan BRICS membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspornya, khususnya ke negara-negara anggota BRICS yang memiliki permintaan tinggi terhadap berbagai produk unggulan Indonesia. China, sebagai salah satu anggota BRICS, merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Ekspor seperti batu bara, minyak sawit, dan produk manufaktur ke China dapat semakin ditingkatkan dengan adanya kerja sama dalam kerangka BRICS. Selain itu, India, dengan populasinya yang besar dan pertumbuhan ekonominya yang pesat, menawarkan pasar potensial untuk produk makanan olahan, tekstil, dan teknologi berbasis digital.
Brazil dan Afrika Selatan juga menjadi peluang strategis untuk ekspor komoditas agrikultur seperti karet, kakao, rempah-rempah, dan produk-produk halal. Brazil, yang dikenal sebagai salah satu produsen terbesar komoditas agrikultur, membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkenalkan produk bernilai tambah di pasar Amerika Selatan. Sementara itu, Afrika Selatan, sebagai pintu gerbang ke pasar Afrika, menawarkan peluang untuk memperluas akses Indonesia ke negara-negara di benua tersebut, khususnya untuk produk energi, alat berat, dan infrastruktur.
Kerja sama perdagangan antaranggota BRICS yang lebih erat dapat mengurangi hambatan tarif dan meningkatkan efisiensi logistik. Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan juga menjadi salah satu langkah penting untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar dan memperkuat stabilitas ekonomi domestik Indonesia. Dengan mengintegrasikan teknologi digital, seperti platform perdagangan elektronik, Indonesia dapat memperluas akses produk-produknya di pasar-pasar BRICS dengan biaya yang lebih rendah dan jangkauan yang lebih luas.
Di sisi lain, hubungan dagang dengan Amerika Serikat tetap menjadi prioritas penting bagi Indonesia. AS adalah salah satu pasar utama bagi ekspor produk-produk seperti alas kaki, pakaian jadi, elektronik, furnitur, dan produk makanan olahan. Dengan daya beli tinggi dan pasar yang besar, AS tetap menjadi mitra dagang yang tak tergantikan sepenuhnya. Namun, potensi kembalinya kebijakan proteksionisme di bawah pemerintahan Donald Trump dapat menjadi tantangan signifikan.
Strategi Indonesia di Tengah Rivalitas Global
Indonesia harus memainkan diplomasi ekonomi yang cermat untuk menjaga keseimbangan antara kepentingannya di BRICS dan hubungan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan:
- Peningkatan Diplomasi Ekonomi  Â
Indonesia perlu memperkuat peran diplomasi ekonomi dengan mengoptimalkan hubungan bilateral maupun multilateral. Melalui forum seperti G20, ASEAN, dan BRICS, Indonesia dapat menyuarakan kepentingan nasionalnya sekaligus memperkuat kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan pembangunan berkelanjutan. Langkah ini harus dilengkapi dengan upaya membangun dialog yang konstruktif dengan negara-negara Barat untuk mengurangi potensi tensi geopolitik. - Diversifikasi Mitra Dagang dan Sumber Pendanaan   Â
Sebagai bagian dari BRICS, Indonesia memiliki peluang untuk mendiversifikasi mitra dagang dan sumber pendanaan internasional. Diversifikasi ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada satu atau dua negara tertentu, tetapi juga meningkatkan daya tahan ekonomi nasional terhadap guncangan eksternal. Di sisi lain, Indonesia tetap harus memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara non-BRICS yang memiliki potensi besar, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa. - Penguatan Sektor UMKM untuk Pasar Global  Â
Untuk memanfaatkan peluang perdagangan yang ditawarkan BRICS, Indonesia harus mengintegrasikan UMKM ke dalam rantai pasok global. Hal ini dapat dilakukan melalui program pelatihan, dukungan teknologi, dan akses pembiayaan yang lebih baik. UMKM yang kompetitif di pasar global akan menjadi salah satu pilar utama dalam meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia. - Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi     Â
Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama teknologi dalam kerangka BRICS untuk mempercepat transformasi digital di berbagai sektor ekonomi. Teknologi seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan energi terbarukan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan nilai tambah, dan mendukung keberlanjutan ekonomi nasional. - Manajemen Risiko Geopolitik    Â
Menghadapi rivalitas antara kekuatan besar seperti AS dan China, Indonesia harus membangun strategi manajemen risiko geopolitik yang komprehensif. Langkah ini mencakup diversifikasi pasar ekspor, penguatan diplomasi regional, dan pembangunan cadangan devisa yang memadai untuk menghadapi ketidakpastian global. Selain itu, Indonesia perlu memperkuat ketahanan energi dan pangan untuk mengurangi kerentanan terhadap gangguan eksternal. - Kerja Sama Regional di ASEAN Â Â
Sebagai anggota BRICS dan ASEAN, Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi jembatan antara dua blok ekonomi ini. Dengan memperkuat kerja sama intra-ASEAN, Indonesia dapat memanfaatkan potensi integrasi ekonomi regional untuk mendukung agenda-agenda globalnya di BRICS.
Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS merupakan langkah strategis yang menawarkan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi dan geopolitik negara ini di tengah dinamika global. Dengan akses yang lebih luas ke sumber pembiayaan infrastruktur, diversifikasi pasar ekspor, dan platform kerja sama multilateral, Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan daya saing globalnya secara signifikan.
Namun, peluang tersebut juga disertai tantangan, terutama dalam menghadapi rivalitas geopolitik antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China. Indonesia harus cermat dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua pihak, sambil memastikan bahwa keanggotaan di BRICS memberikan manfaat nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Keberhasilan Indonesia dalam memanfaatkan peluang ini akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk mengelola diplomasi ekonomi, memperkuat daya saing domestik, dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung keberlanjutan. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat menjadi pemain kunci dalam membentuk tatanan ekonomi global yang lebih inklusif dan berkeadilan, sekaligus melindungi kepentingan nasionalnya dalam menghadapi tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H