Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS & Dinamika Pemerintahan Presiden Donald Trump Mendatang

7 Januari 2025   08:40 Diperbarui: 7 Januari 2025   15:27 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7720668/indonesia-resmi-bergabung-jadi-anggota-penuh-brics

Namun, efektivitas BRICS dalam menciptakan tata kelola ekonomi global yang baru tidak terlepas dari sejumlah tantangan. Perbedaan prioritas nasional di antara anggota BRICS, seperti rivalitas antara India dan China, dapat menjadi penghalang dalam mencapai konsensus. Selain itu, ketergantungan pada ekonomi besar seperti China dalam blok ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang ketidakseimbangan kekuatan dalam pengambilan keputusan. Indonesia harus memainkan diplomasi yang cermat untuk memastikan bahwa kepentingan nasionalnya tidak terpinggirkan dalam forum ini.

Dalam jangka panjang, keberhasilan BRICS sebagai alternatif tata kelola ekonomi global akan sangat tergantung pada kemampuan blok ini untuk menciptakan institusi yang lebih efektif, memperkuat solidaritas di antara anggota, dan menghasilkan manfaat nyata bagi negara-negara berkembang. Bagi Indonesia, keanggotaan di BRICS adalah peluang strategis yang harus dimanfaatkan secara optimal untuk memperkuat kedaulatan ekonomi, meningkatkan daya saing global, dan berkontribusi pada terciptanya tatanan ekonomi dunia yang lebih adil.

Potensi Ekspor Indonesia ke Pasar BRICS dan Amerika Serikat

Bergabung dengan BRICS membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspornya, khususnya ke negara-negara anggota BRICS yang memiliki permintaan tinggi terhadap berbagai produk unggulan Indonesia. China, sebagai salah satu anggota BRICS, merupakan mitra dagang terbesar Indonesia. Ekspor seperti batu bara, minyak sawit, dan produk manufaktur ke China dapat semakin ditingkatkan dengan adanya kerja sama dalam kerangka BRICS. Selain itu, India, dengan populasinya yang besar dan pertumbuhan ekonominya yang pesat, menawarkan pasar potensial untuk produk makanan olahan, tekstil, dan teknologi berbasis digital.

Brazil dan Afrika Selatan juga menjadi peluang strategis untuk ekspor komoditas agrikultur seperti karet, kakao, rempah-rempah, dan produk-produk halal. Brazil, yang dikenal sebagai salah satu produsen terbesar komoditas agrikultur, membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkenalkan produk bernilai tambah di pasar Amerika Selatan. Sementara itu, Afrika Selatan, sebagai pintu gerbang ke pasar Afrika, menawarkan peluang untuk memperluas akses Indonesia ke negara-negara di benua tersebut, khususnya untuk produk energi, alat berat, dan infrastruktur.

Kerja sama perdagangan antaranggota BRICS yang lebih erat dapat mengurangi hambatan tarif dan meningkatkan efisiensi logistik. Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan juga menjadi salah satu langkah penting untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar dan memperkuat stabilitas ekonomi domestik Indonesia. Dengan mengintegrasikan teknologi digital, seperti platform perdagangan elektronik, Indonesia dapat memperluas akses produk-produknya di pasar-pasar BRICS dengan biaya yang lebih rendah dan jangkauan yang lebih luas.

Di sisi lain, hubungan dagang dengan Amerika Serikat tetap menjadi prioritas penting bagi Indonesia. AS adalah salah satu pasar utama bagi ekspor produk-produk seperti alas kaki, pakaian jadi, elektronik, furnitur, dan produk makanan olahan. Dengan daya beli tinggi dan pasar yang besar, AS tetap menjadi mitra dagang yang tak tergantikan sepenuhnya. Namun, potensi kembalinya kebijakan proteksionisme di bawah pemerintahan Donald Trump dapat menjadi tantangan signifikan.

Strategi Indonesia di Tengah Rivalitas Global

Indonesia harus memainkan diplomasi ekonomi yang cermat untuk menjaga keseimbangan antara kepentingannya di BRICS dan hubungan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan:

  1. Peningkatan Diplomasi Ekonomi    
    Indonesia perlu memperkuat peran diplomasi ekonomi dengan mengoptimalkan hubungan bilateral maupun multilateral. Melalui forum seperti G20, ASEAN, dan BRICS, Indonesia dapat menyuarakan kepentingan nasionalnya sekaligus memperkuat kerja sama di bidang perdagangan, investasi, dan pembangunan berkelanjutan. Langkah ini harus dilengkapi dengan upaya membangun dialog yang konstruktif dengan negara-negara Barat untuk mengurangi potensi tensi geopolitik.
  2. Diversifikasi Mitra Dagang dan Sumber Pendanaan      
    Sebagai bagian dari BRICS, Indonesia memiliki peluang untuk mendiversifikasi mitra dagang dan sumber pendanaan internasional. Diversifikasi ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada satu atau dua negara tertentu, tetapi juga meningkatkan daya tahan ekonomi nasional terhadap guncangan eksternal. Di sisi lain, Indonesia tetap harus memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara non-BRICS yang memiliki potensi besar, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa.
  3. Penguatan Sektor UMKM untuk Pasar Global    
    Untuk memanfaatkan peluang perdagangan yang ditawarkan BRICS, Indonesia harus mengintegrasikan UMKM ke dalam rantai pasok global. Hal ini dapat dilakukan melalui program pelatihan, dukungan teknologi, dan akses pembiayaan yang lebih baik. UMKM yang kompetitif di pasar global akan menjadi salah satu pilar utama dalam meningkatkan ekspor nonmigas Indonesia.
  4. Pemanfaatan Teknologi dan Inovasi          
    Indonesia dapat memanfaatkan kerja sama teknologi dalam kerangka BRICS untuk mempercepat transformasi digital di berbagai sektor ekonomi. Teknologi seperti kecerdasan buatan, blockchain, dan energi terbarukan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan nilai tambah, dan mendukung keberlanjutan ekonomi nasional.
  5. Manajemen Risiko Geopolitik        
    Menghadapi rivalitas antara kekuatan besar seperti AS dan China, Indonesia harus membangun strategi manajemen risiko geopolitik yang komprehensif. Langkah ini mencakup diversifikasi pasar ekspor, penguatan diplomasi regional, dan pembangunan cadangan devisa yang memadai untuk menghadapi ketidakpastian global. Selain itu, Indonesia perlu memperkuat ketahanan energi dan pangan untuk mengurangi kerentanan terhadap gangguan eksternal.
  6. Kerja Sama Regional di ASEAN    
    Sebagai anggota BRICS dan ASEAN, Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi jembatan antara dua blok ekonomi ini. Dengan memperkuat kerja sama intra-ASEAN, Indonesia dapat memanfaatkan potensi integrasi ekonomi regional untuk mendukung agenda-agenda globalnya di BRICS.

Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS merupakan langkah strategis yang menawarkan peluang besar untuk memperkuat posisi ekonomi dan geopolitik negara ini di tengah dinamika global. Dengan akses yang lebih luas ke sumber pembiayaan infrastruktur, diversifikasi pasar ekspor, dan platform kerja sama multilateral, Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan daya saing globalnya secara signifikan.

Namun, peluang tersebut juga disertai tantangan, terutama dalam menghadapi rivalitas geopolitik antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat dan China. Indonesia harus cermat dalam menjaga keseimbangan hubungan dengan kedua pihak, sambil memastikan bahwa keanggotaan di BRICS memberikan manfaat nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun