Penguatan dolar AS juga dapat memicu arus keluar modal dari Indonesia karena investor global mencari aset yang lebih aman dalam bentuk dolar, terutama dalam kondisi ketidakpastian ekonomi. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko volatilitas di pasar keuangan Indonesia, serta memperlemah daya beli domestik mengingat banyak impor Indonesia menggunakan dolar.
3. Dampak pada Investasi Asing Langsung (FDI)
Indonesia merupakan negara yang cukup mengandalkan investasi asing langsung sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Namun, dengan kebijakan yang lebih proteksionis, perusahaan-perusahaan AS yang ingin berinvestasi di luar negeri mungkin akan mengalami pembatasan lebih lanjut.
Jika Trump kembali berfokus pada "reshoring" atau menarik kembali pabrik-pabrik ke AS, maka ini bisa mengurangi potensi investasi dari AS di sektor-sektor kunci di Indonesia, seperti infrastruktur, manufaktur, dan teknologi. Hal ini dapat memengaruhi target pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan pemerintah Indonesia dan menunda proyek-proyek yang bergantung pada investasi asing.
4. Risiko Terhadap Stabilitas Global dan Dampaknya pada Indonesia
Kebijakan luar negeri Trump seringkali dipandang kontroversial, termasuk kebijakannya terhadap China. Ketegangan dagang antara AS dan China berpotensi memengaruhi negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan kuat dengan keduanya, termasuk Indonesia.
Jika ketegangan ini kembali meningkat, permintaan global mungkin akan terpengaruh, yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia dan menekan sektor ekspor Indonesia.
Langkah Strategis yang Harus Dilakukan Indonesia
Untuk mengurangi dampak negatif dan memaksimalkan peluang dari perubahan kebijakan AS di bawah Trump, Indonesia perlu melakukan beberapa langkah strategis sebagai berikut:
Diversifikasi Pasar Ekspor
Indonesia perlu memperkuat hubungan perdagangan dengan negara-negara Asia lainnya, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika sebagai alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS.
Memperkuat Ketahanan Ekonomi Domestik
Indonesia perlu memperkuat daya saing industri dalam negeri dengan mendorong sektor manufaktur dan jasa yang memiliki nilai tambah tinggi. Ini termasuk insentif untuk investasi di bidang teknologi, inovasi, dan SDM agar sektor-sektor strategis bisa tumbuh lebih kuat dan tidak terlalu bergantung pada pasar eksternal.
Stabilitas Kurs dan Cadangan Devisa
Bank Indonesia (BI) harus terus mengelola stabilitas nilai tukar rupiah, termasuk melalui intervensi jika diperlukan, serta memastikan cadangan devisa cukup untuk menghadapi fluktuasi.
Memperkuat Investasi Domestik
Kebijakan yang mendukung kemudahan investasi dalam negeri perlu ditingkatkan agar mampu menjadi motor pertumbuhan.
Reformasi struktural untuk meningkatkan daya tarik investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, penting untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan menarik investasi di sektor-sektor yang lebih tahan terhadap ketidakpastian global.